Kamis, 10 Oktober 2013
SEJARAH BANGKALAN
Penetapan Hari Jadi Bangkalan melalui proses yang rumit dalam pembakuannya, karena masih me- merlukan penelitian lebih mendalam. Bahkan pengkajiannya juga dilakukan secara teliti melalui seminar dan diskusi- diskusi sehat yang positif untuk menentukan hasilnya. Akhirnya dari Tim 19 yang telah di- bentuk, melalui sidang DPRD Bangkalan bulan Mei 1992 yang lalu, memutuskan secara aklamasi Hari Jadi Bangkalan ditetapkan pada tanggal 24 Oktober 1531.
Sebagai pertimbangan yang mendasar, bahwa pada tanggal itu dijadikan titik awal sejarah peme- rintahan baru di Bangkalan, karena bertepatan dengan dinobatkannya Pranatu menjadi Panembahan yang bergelar Lemah Duwur. Sosok Pranatu atau Panembahan Lemah Dhuwur adalah putra dari Raja Pragalba yang dikenal sebagai pendiri Kerajaan kecil yang berpusat di Arosbaya, 15 Km arah utara kota Bangkalan.
Adapun masyarakat Bangkalan sendiri menokohkan Pranatu ditinjau dari berbagai pertimbangan diantara- nya, dia dianggap sebagai penyebar Agama Islam yang pertama di Wilayah Madura. Bahkan putra Pragalba itu juga disebut sebagai pendiri Masjid pertama, ditambah dengan upayanya dalam mengawali hubungan ke luar daerah, seperti halnya dengan negeri Pajang di Pulau Jawa.
Walaupun jauh sebelumnya Agama Islam masuk ke Madura, sejarah tidak bisa ditinggalkan dengan munculnya kekuasaan sebuah kerajaan di Plakaran. Embrio berdirinya kerajaan Plakaran dimulai pada periode awal kedatangan Kiai Demung dari Sampang. Dia adalah anak Aria Pujuk dan Nyai Ageng Budha. Melihat nama Kiai Demung, mengingatkan salah satu jabatan dalam Pancaring Wilwatikta, yaitu Rakryan Demung. Adanya hal ini dimungkinkan kata Demung adalah nama jabatan yang terdapat di pemerintahan Mojopahit.
Jadi kerajaan Plakaran merupakan bagian Wilayah Mojopahit yang dianggap potensial pada waktu itu. Setelah menetap di Plakaran, Kiai Demung dikenal dengan sebutan Demung Plakaran. Pe- kembangan berikutnya Demung mendirikan sebuah tempat untuk kegiatan keramaian di sebelah barat kerajaan Plakaran atau tepatnya di kecamatan arosbaya. Sebagai kuasa pratama dari kerajaan plakaran, Demung menikah dengan Nyi Sumekar sehingga mempunyai keturunan lima putra termasuk R. Pragalba sebagai putra bungsunya, yang akhirnya diberi kekuasaan untuk bertahta.
Dikala Pragalba bertahta, kekuasaannya tidak hanya di Arosbaya saja melainkan beliau meluaskan kekuasaannya dihampirseluruh Madura terutama Wilayah Madura Bagian Barat, yang merupakan keramaian untuk melancarkan roda perekonomian. Di Madura bagian barat itu daerah kekuasaannya berangsur-angsur berkembangdanakhirnyamenjadi sebuah kota Bangkalan.
Sedangkan kota Bangkalan berasal dari kata “bangkah” dan ”la’an” yang artinya “mati sudah”. Istilah ini diambil dari cerita legenda tewasnya pemberontak sakti Ki Lesap yang tewas di Madura Barat. Menurut beberapa sumber, disebutkan bahwa Raja Majapahit yaitu Brawijaya ke V telah masuk Islam (data kekunoan di Makam Putri Cempa di Trowulan, Mojokerto). Namun demikian siapa sebenarnya yang dianggap Brawijaya ke V.
Didalam buku Madura en Zijin Vorstenhuis dimuat antara lain Stamboon van het Geslacht Tjakradiningrat. Dari Stamboon tersebut tercatat bahwa Prabu Brawijaya ke V memerintah tahun 1468–1478. Dengan demikian, maka yang disebut dengan gelar Brawijaya ke V (Madura en Zijin Vorstenhuis hal 79) adalah Bhre Krtabhumi dan mempunyai 2 (dua) orang anak dari dua istri selir. Dari yang bernama Endang Sasmito Wati melahirkan Ario Damar dan dari istri yang bernama Ratu Dworo Wati atau dikenal dengan sebutan Putri Cina melahirkan Lembu Peteng. Selanjutnya Ario Damar (Adipati Palembang) mempunyai anak bernama Menak Senojo.
Menak Senojo tiba di Proppo Pamekasan dengan menaiki bulus putih dari Palembang kemudian meneruskan perjalannya ke Barat (Bangkalan). Saat dalam perjalanan di taman mandi Sara Sido di Sampang pada tengah malam Menak Senojo mendapati banyak bidadari mandi di taman itu, oleh Menak Senojo pakaian salah satu bidadari itu diambil yang mana bidadari itu tidak bisa kembali ke kayangan dan akhirnya jadi istri Menak Senojo.
Bidadari tersebut bernama Nyai Peri Tunjung Biru Bulan atau disebut juga Putri Tunjung Biru Sari. Menak Senojo dan Nyai Peri Tunjung Biru Bulan mempunyai anak Ario Timbul. Ario Timbul mempunyai anak Ario Kudut. Ario Kudut mempunyai anak Ario Pojok. Sedangkan di pihak Lembu Peteng yang bermula tinggal di Madegan Sampang kemudian pindah ke Ampel (Surabaya) sampai meninggal dan dimakamkan di Ampel, Lembu Peteng mempunyai anak bernama Ario Manger yang menggantikan ayahnya di Madegan Sampang. Ario Manger mempunyai anak Ario Pratikel yang semasa hidupnya tinggal di Gili Mandangin (Pulau Kambing). Dan Ario Pratikel mempunyai anak Nyai Ageng Budo.
Nyai Ageng Budo inilah yang kemudian kawin dengan Ario Pojok. Dengan demikian keturunan Lembu Peteng menjadi satu dengan keturunan Ario Damar. Dari perkawinan tersebut lahirlah Kiai Demang yang selanjutnya merupakan cikal bakal Kota Baru dan kemudian disebut Plakaran. Jadi Kiai Demang bertahta di Plakaran Arosbaya dan ibukotanya Kota Baru (Kota Anyar) yang terletak disebelah Timurdaya Arosbaya.
Dari perkawinannya dengan Nyai Sumekar mempunyai 5 (lima) orang anak yaitu :
- Kiai Adipati Pramono di Madegan Sampang.
- Kiai Pratolo disebut juga Pangeran Parambusan.
- Kiai Pratali atau disebut juga Pangeran Pesapen.
- Pangeran Paningkan disebut juga dengan nama Pangeran Suka Sudo .
- Kiai Pragalbo yang kemudian dikenal dengan nama Pangeran Plakaran karena bertahta di Plakaran, setelah meninggal dikenal sebagai Pangeran Islam Onggu'.
Namun perkembangan Bangkalan bukan berasal dari legenda ini, melainkan diawali dari sejarah perkembangan Islam di daerah itu pada masa pemerintahan Panembahan Pratanu yang bergelar Lemah Dhuwur.
Beliau adalah anak Raja Pragalba, pendiri kerajaan kecil yang berpusat di Arosbaya, sekitar 20 km dari kota Bangkalan ke arah utara. Panembahan Pratanu diangkat sebagai raja pada 24 Oktober 1531 setelah ayahnya, Raja Pragalba wafat. Jauh sebelum pengangkatan itu, ketika Pratanu masih dipersiapkan sebagai pangeran, dia bermimpi didatangi orang yang menganjurkan dia memeluk agama Islam. Mimpi ini diceritakan kepada ayahnya yang kemudian memerintahkan patih Empu Bageno untuk mempelajari Islam di Kudus.
Perintah ini dilaksanakan sebaik-baiknya, bahkan Bageno bersedia masuk Islam sesuai saran Sunan Kudus sebelum menjadi santrinya selama beberapa waktu lamanya. Ia kembali ke Arosbaya dengan ilmu keislamannya dan memperkenalkannya kepada Pangeran Pratanu.
Pangeran ini sempat marah setelah tahu Bageno masuk Islam mendahuluinya. Tapi setelah dijelaskan bahwa Sunan Kudus mewajibkannya masuk Islam sebelum mempelajari agama itu, Pangeran Pratanu menjadi maklum.
Setelah ia sendiri masuk Islam dan mempelajari agama itu dari Empu Bageno, ia kemudian menyebarkan agama itu ke seluruh warga Arosbaya. Namun ayahnya, Raja Pragalba, belum tertarik untuk masuk Islam sampai ia wafat dan digantikan oleh Pangeran Pratanu. Perkembangan Islam itulah yang dianut oleh pimpinan di Kabupaten Bangkalan ketika akan menentukan hari jadi kota Bangkalan, bukan perkembangan kekuasan kerajaan di daerah itu.
Jauh sebelum Pangeran Pratanu dan Empu Bageno menyebarkan Islam, sejumlah kerajaan kecil di Bangkalan. Diawali dari Kerajaan Plakaran yang didirikan oleh Kyai Demang dari Sampang. Yang diperkirakan merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit yang sangat berpengaruh pada saat itu. Kyai Demang menikah dengan Nyi Sumekar, yang diantaranya melahirkan Raden Pragalba. Pragalba menikahi tiga wanita. Pratanu adalah anak Pragalba dari istri ketiga yang dipersiapkan sebagai putera mahkota dan kemudian dikenal sebagai raja Islam pertama di Madura. Pratanu menikah dengan putri dari Pajang yang memperoleh keturunan lima orang :
Pangeran Sidhing Gili yang memerintah di Sampang. Raden Koro yang bergelar Pangeran Tengah di Arosbaya, Raden Koro menggantikan ayahnya ketika Pratanu wafat. Pangeran Blega yang diberi kekuasaan di Blega. Ratu Mas di Pasuruan dan Ratu Ayu.
Kerajaan Arosbaya runtuh diserang oleh Mataram pada masa pemerintahan Pangeran Mas pada tahun 1624. Pada pertempuran ini Mataram kehilangan panglima perangnya, Tumenggung Demak, beberapa pejabat tinggi kerajaan dan sebanyak 6.000 prajurit gugur.
Korban yang besar ini terjadi pada pertempuran mendadak pada hari Minggu, 15 September 1624, yang merupakan perang besar. Laki-laki dan perempuan kemedan laga. Beberapa pejuang laki-laki sebenarnya masih bisa tertolong jiwanya. Namun ketika para wanita akan menolong mereka melihat luka laki-laki itu berada pada punggung, mereka justru malah membunuhnya.
Luka di punggung itu menandakan bahwa mereka melarikan diri, yang dianggap menyalahi jiwa ksatria. Saat keruntuhan kerajaan itu, Pangeran Mas melarikan diri ke Giri. Sedangkan Prasena (putera ketiga Pangeran Tengah) dibawa oleh Juru Kitting ke Mataram, yang kemudian diakui sebagai anak angkat oleh Sultan Agung dan dilantik menjadi penguasa seluruh Madura yang berkedudukan di Sampang dan bergelar Tjakraningrat I.
Keturunan Tjakraningrat inilah yang kemudian mengembangkan pemerintahan kerajaan baru di Madura, termasuk Bangkalan. Tjakraningrat I menikah dengan adik Sultan Agung. Selama pemerintahannya ia tidak banyak berada di Sampang, sebab ia diwajibkan melapor ke Mataram sekali setahun ditambah beberapa tugas lainnya. Sementara kekuasaan di Madura diserahkan kepada Sontomerto.
Dari perkawinannya dengan adik Sultan Agung, Tjakraningrat tidak mempunyai keturunan sampai istrinya wafat. Baru dari pernikahannya dengan Ratu Ibu ( Syarifah Ambani, keturunan Sunan Giri ), ia memperoleh tiga orang anak dan beberapa orang anak lainnya diperoleh dari selirnya (Tertera pada Silsilah yang ada di Asta Aer Mata Ibu.
Bangkalan berkembang mulai tahun 1891 sebagai pusat kerajaan dari seluruh kekuasaan di Madura, pada masa pemerintahan Pangeran Tjakraningrat II yang bergelar Sultan Bangkalan II. Raja ini banyak berjasa kepada Belanda dengan membantu mengembalikan kekuasaan Belanda di beberapa daerah di Nusantara bersama tentara Inggris.
Karena jasa-jasa Tjakraningrat II itu, Belanda memberikan izin kepadanya untuk mendirikan militer yang disebut ‘Corps Barisan’ dengan berbagai persenjataan resmi modern saat itu. Bisa dikatakan Bangkalan pada waktu itu merupakan gudang senjata, termasuk gudang bahan peledak.
Namun perkembangan kerajaan di Bangkalan justru mengkhawatirkan Belanda setelah kerajaan itu semakin kuat, meskipun kekuatan itu merupakan hasil pemberian Belanda atas jasa-jasa Tjakraningrat II membantu memadamkan pemberontakan di beberapa daerah. Belanda ingin menghapus kerajaan itu. Ketika Tjakraningrat II wafat, kemudian digantikan oleh Pangeran Adipati Setjoadiningrat IV yang bergelar Panembahan Tjokroningrat VIII, Belanda belum berhasil menghapus kerajaan itu. Baru setelah Panembahan Tjokroadiningrat wafat, sementara tidak ada putera mahkota yang menggantikannya, Belanda memiliki kesempatan menghapus kerajaan yang kekuasaannya meliputi wilayah Madura itu.
Raja Bangkalan Dari Tahun 1531 – 1882.
- Tahun 1531 - 1592 : Kiai Pratanu (Panembahan Lemah Duwur).
- Tahun 1592 - 1620 : Raden Koro (Pangeran Tengah).
- Tahun 1621 - 1624 : Pangeran Mas.
- Tahun 1624 - 1648 : Raden Prasmo (Pangeran Cakraningrat I).
- Tahun 1648 - 1707 : Raden Undakan (Pangeran Cakraningrat II).
- Tahun 1707 - 1718 : Raden Tumenggung Suroadiningrat (Pangeran Cakraningrat III).
- Tahun 1718 - 1745 : Pangeran Sidingkap (Pangeran Cakraningrat IV).
- Tahun 1745 - 1770 : Pangeran Sidomukti (Pangeran Cakraningrat V).
- Tahun 1770 - 1780 : Raden Tumenggung Mangkudiningrat (Panembahan Adipati Pangeran Cakraadiningrat VI).
- Tahun 1780 - 1815 : Sultan Abdu/Sultan Bangkalan I (Panembahan Adipati Pangeran Cakraadiningrat VII).
- Tahun 1815 - 1847 : Sultan Abdul Kadirun (Sultan Bangkalan II).
- Tahun 1847 - 1862 : Raden Yusuf (Panembahan Cakraadiningrat VII).
- Tahun 1862 - 1882 : Raden Ismael (Panembahan Cakraadiningrat VIII).
http://jawatimuran.wordpress.com/2013/05/17/sejarah-bangkalan/
http://kabarmadura07.blogspot.com/2008/07/sejarah-bangkalan.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Games Ninja Saga merupakan game favorit bagi para gamers. Ninja Saga adalah salah satu permainan yang diciptakan dan sekaligus dimainkan d...
-
Berawal saat di organisasi saya mengadakan pengajian dan mendoakan saudara-saudara dan orang tua kita yang mendahului kita, dan kebetula...
-
Herbal kayu ular awalnya hanya digunakan sebagai obat malaria, meningkatkan setamina tubuh dan menghalau racun akibat gigitan ular. Ma...
-
MANAJEMEN DAN PUBLIC RELATION A. LATAR BELAKANG Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui b...
-
"MAINAN MASA KECIL KU" KETAPEL, adalah permainan pada masa aku masih kecil dan ketapel ini senjata saya pada saat memb...
-
SEJARAH PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) merupakan salah satu elemen ma...
-
MANAJEMEN PERIKLANAN A. Manajemen Periklanan Manajemen berasal dari kata manage (bahasa latinnya: manus) yang berarti: memimpin,...
-
Martabak Khas aros baya, jajanan yang satu ini mudah di dapat di sepanjang jalan aros baya, jajanan ini sangatlah murah meriah tentu tid...
-
TRADISI merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun da...
-
file:///C:/Users/Triple-C/Downloads/Bisnis3.jpg Ruang Lingkup Studi Kelayakan Bisnis BAB I I. Pendahuluan 1.1 Deskripsi Sin...
Total Tayangan Halaman
Mengenai Saya
PENGIKUT
BUKU TAMU
Arsip Blog
-
▼
2013
(35)
-
▼
Oktober
(20)
- Satu Dalam Hatikoe
- Mencari Perempuan Berjilbab
- Pengertian Budaya
- Pengertian Seni (Secara Umum)
- ARTI SENI DAN BUDAYA
- KONTRAKAN
- LDK - MKMI
- UKM Seni Nanggala
- Sejarah Sumenep
- Sejarah Pamekasan
- Sejarah Sampang
- Secercah Sinar
- TAWASSUL
- FIRST LOVE
- Kumpulan Puisi
- PMII
- CRETIVE COMPUTER CLUB
- HARI INDAH KU
- SENYUM MOE
- SEJARAH BANGKALAN
-
▼
Oktober
(20)
Trimakasih n Sakalangkong sudah berkunjung di Singkonkeju....!!! semoga ketemu kembali.. Diberdayakan oleh Blogger.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar