Senin, 30 September 2013
MANAJEMEN PERIKLANAN
MANAJEMEN PERIKLANAN
A. Manajemen Periklanan
Manajemen
berasal dari kata manage (bahasa latinnya: manus) yang berarti: memimpin,
mengatur, atau membimbing. George R. Terry, mendifinisikan manajemen sebagai,
“sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan dan pengawasan yang di lakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah di tetepkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya.
Akan tetapi
banyak para pakar manajemen mendifinisikan bahwasanya, Manajemen adalah ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Drs. H.
Malayu S.P. Hasibuan – 1985).
Istilah
manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal manajemen adl
penggunaan sumberdaya organisasi utk mencapai sasaran dan kinerja yg tinggi
dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit.
Definisi
manajemen yg dikemukakan oleh Daft (2003:4) sebagai berikut: “Management is
the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner
through planning organizing leading and controlling organizational resources”.
Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan
pencapaian tujuan organisasi dgn cara yg efektif dan efisien lewat perencanaan
pengorganisasian pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi.
Iklan dari sudut
pandang perusahaan dan peran iklan dari kacamata konsumen, serta Iklan yang
Efektif.
a.
Iklan
dari Sudut Pandang Perusahaan.
Dalam
marketing mix, ada 5 cara komunikasi utama yaitu:
- Advertising
- Sales
promotion
- Public
relations
- Personal
selling
- Direct
marketing
Periklanan
dianggap sebagai media paling lazim bagi perusahaan untuk melakukan komunikasi persuasif
kepada konsumen.
Menurut Jefkins (1997), kehidupan modern sangat
bergantung pada iklan, tanpa iklan produsen dan distributor tdk dapat menjual
barangnya.
Iklan
berdasarkan kategori produk:
1.
Iklan konsumen : 1) iklan
barang konsumen (consumer goods), iklan barang tahan lama (durable
goods), iklan jasa konsumen (consumer services)
2.
Iklan bisnis ke bisnis
atau iklan antar bisnis
3.
Iklan perdagangan
4.
Iklan eceran
5.
Iklan keuangan
6.
Iklan langsung
7.
Iklan lowongan kerja
Tujuan
Iklan (Sudut Pandang Perusahaan).
Tujuan
Periklanan (Philip Kotler,2003)
1.
Iklan untuk memberi
informasi (informative) àbiasanya
dilakukan pada awal kemunculan produk baru
2.
Iklan untuk membujuk
(persuasive) àdilakukan dalam tahap kompetitif
untuk membentuk permintaan selektif merek tertentu à
biasanya menggunakan teknik komparatif dengan produk serupa.
3.
Iklan untuk
mengingatkan (reminding) à
untuk menyegarkan informasi yang pernah diterima masyarakat à
penting bagi produk yang suddh mapan à
fase kedewasaan (maturity) suatu merek.
4.
Melalui iklan,
perusahaan melakukan artificial product differentiation à
jika berhasil, maka:
•
Permintaan produk akan
meningkat
•
Demand menjadi lebih elastis
•
Market power
perusahaan meningkat
•
Konsumen dapat
diarahkan untuk memilih produk yang semula tiddk mereka butuhkan
•
Asosiasi kategori
produk dapat tercipta dengan tujuan meningkatkan brand awareness
•
Mampu merubah atau
mengarahkan attitude calon konsumen
b.
Peran
Iklan (Sudut Pandang Konsumen).
•
Iklan sebagai media
penyedia informasi tentang kemampuan, harga, fungsi produk, dll produk
•
Jika konsumen
meningkatkan aktifitas pencarian, mereka akan memiliki informasi lebih baik tentangg
harga, sehing dispersi harga akan dapat dikurangi
•
Iklan juga dapat
membuat pasar lebih bersaing dan menjadikan harga lebih murah
•
Iklan dapat mengurangi search
cost, harga rata-rata di pasar, dan dispersi harga di pasar, selanjutnya
menurunkan harga rata-rata di pasar.
•
Harga yang dibayar
konsumen, sebenarnya termasuk search cost à
full price
•
Iklan sebagai media promosi
menunjukkan cara menurunkan biaya perolehan informasi yang berkaitan dengan
produk alternatif dan harga.
c.
Iklan
yang Efektif.
·
Produsen seringkali
lebih diuntungkan dengan aktifitas periklanan yang mereka lakukan à
bila info iklan tidak jujur, tidak memberi info sebenarnya.
·
Bila kampanye iklan
suatu produk berhasil à
konsumen digiring untuk menggunakan produk tersebut, BUKAN produk pesaing
·
Iklan sebaiknya dioleh
sedemikian rupa sehingga pesan mudah dicerna, dimengerti, dan jujur à
sehingga harga yang dibayar konsumen sepadan dengan kualitas barang tersebut.
·
Iklan dikatakan efektif
bila iklan terpatri mendalam di benak konsumen, konsumen mencermatinya darr
sudut pandang yang benar à
mekanisme pasar
d.
Komponen-komponen
periklanan.
- Komponen
itu terdiri dari berbagai organisasi atau lembaga yang
terkait dengan periklanan
- Inti
dari komponen ini adalah produsen pemasang iklan atau bisa disebut
pengiklan.
- Pengiklan
inilah yang mempunyai anggaran untuk kampanye periklanan guna mendukung
program pemasaran.
- Pengiklan
bisa perusahaan swasta, koperasi, pemerintah, atau publik, baik yang
bersifat mencari laba maupun tidak, dengan menggunakan media untuk mencapai
sasaran perusahaan.
- .Biro iklan, media,
- perusahaan
jasa riset pemasaran.
- Biro
Iklan dan Perusahaan Jasa Riset Pemasaran (PJRP)
Yang
Berhubungan dengan industri periklanan
•
Pelaku à Adalah pengiklan, perusahaan
periklanan atau media.
•
Pengiklan à Adalah pemrakarsa dan pengguna
jasa periklanan
•
Perusahaan Periklanan (Advertising Agency)
•
Media (periklanan)
Pelaku
•
Adalah pengiklan, perusahaan periklanan atau media.
Pengiklan
•
Adalah pemrakarsa dan pengguna jasa periklanan.
•
Yang bertanggung jawab atas biaya periklanan, produk dan delegasi tugas
periklanan untuk merk tertentu pada brand manager adalah marketing
manager.
•
Pada perusahaan besar proses periklanan biasanya diserahkan pada advertising
agency.
•
Pada perusahaan kecil yang lebih sederhana, iklan biasanya dibuat sendiri
kemudian diterbitkan di media yang diinginkan.
Perusahaan Periklanan (Advertising Agency)
•
Adalah suatu perusahan jasa perencanaan, pembuatan dan atau pengaturan
serta pengawasan penyampaian iklan untuk kepentingan pengiklan dengan menerima imbalan untuk jasa yang diberikannya
tersebut.
•
Advertising Agency : Bertugas untuk membuat rencana dan produksi
kampanye iklan untuk suatu perusahaan.
•
Advertising Agency sekarang melayani periklanan perusahaan secara
keseluruhan yakni dengan mengadakan penelitian, pengembangan strategi & penempatan media.
Media (periklanan)
•
Adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan iklan kepada
kalayak, seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, papan iklan, pos
langsung, petunjuk penjualan, selebaran, pengantar penawaran, halaman kuning, alat peraga dan lain sebagainya.
Profesi di Bidang Periklanan
•
Perkembangan advertising ditandai dengan munculnya para profesional
dengan membentuk agensi dan wholesale yang bergerak di bidang advertising.
•
Para praktisi di bidang periklanan
meliputi berbagai profesi pada agen periklanan perwakilan media dan pemasang
iklan.
Industri Organisasi Periklanan
•
Pemasang iklan
•
Agen periklanan
•
Media Periklanan
•
Riset
•
Genre Periklanan
B. Program Periklanan
a)
Program-program Periklanan.
Menurut Kotler (2003), Program Periklanan disusun dengan
memperhatikan lima M:
- Mission (misi) à apa tujuan periklanan?
- Money (uang) à berapa banyak uang untuk belanja iklan
- Message (pesan) à pesan apa yang harus disampaikan
- Media (media) à media apa yang paling efektif dan efisien
- Measurement (pengukuran) à bagaimana mengevaluasi efektifitas iklan
b) Tujuan Periklanan
Tujuan perusahaan mengiklankan produknya:
o Menciptakan
kesadaran pada suatu merek di benak konsumen (creative awareness).
o Mengkomunikasikan
informasi kepada konsumen mengenai atribut dan manfaat suatu merek
o Mengembangkan
atau merubah citra atau personalitas sebuah merek (develop or change an
image or personality).
o Mengasosiasikan
suatu merek dengan perasaan serta emosi.
o Menciptakan
norma-norma kelompok (create groups norms).
o Mengendapkan
perilaku (precipitate behaviour).
o Mengarahkan
konsumen untuk membeli produknya dan mempertahankan market power
perusahaan.
o Menarik
calon konsumen menjadi “konsumen loyal” dalam jangka wktu tertentu.
o Mengembangkan
sikap positif calon konsumen yang diharapkan dapat menjadi pembeli potensial di
masa yang akan datang.
c)
Anggaran
Periklanan
5 faktor yg harus dipertimbangkan dalam peetapan
anggaran periklanan:
§ Tahapan
siklus hidup produk
§ Pangsa
pasar dan basis konsumen
§ Persaingan
dan gangguan
§ Frekuensi
periklanan
§ Kemungkinan
substitusi produk
Menetapkan pesan iklan. Menetapkan media periklanan.
2 hal tersebut akan dibahas dalam “strategi periklanan” dan “media mix
planning”.
d)
Evaluasi Efktifitas
Iklan
•
Kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efektifitas iklan:
–
Penjualan à
melalui riset tentang dampak penjualan
–
Pengingatan à
melalui riset tentang dampak komunikasi
–
Persuasi à
berkaitan dengan mengukur dampak pemahaman konsumen terhadap iklan, perubahan
kepercayaan konsumen pada ciri/konsekuensi
produk, sikap terhada produk.
–
Kemampuan mengingat
konsumen terhadap
iklan atau bagian dari iklan.
C. Strategi Periklanan
1)
What
To Say.
·
Kampanye iklan
(adv.campaign) berperan dalam pencapaian pangsa pikiran (mind share) dan pangsa
pasar (market share).
·
Adv.campaign yang
efektif merupakan kampanye yang didasarkan pada tema pusat (central theme).
·
Central theme dikenal
sbg “what to say” à apa yang ingin dikomunikasikan kepada
konsumen.
·
Pertimbangan penggunaan
Central theme adalah karena keterbatasan daya ingat manusia à
tiap hari kita dibombardir ribuan iklan.
·
Untuk menentukan “what
to say” yang tepat à perlu analisa cermat dan
komprehensif yang berkaitan dengan produk, harga, target pasar, pesaing dan lain-lain.
Strategi “what to say”
1.
Product benefit/
feature oriented advertising
2.
Brand image oriented
advertising
3.
Problem and/ or
opportunity oriented advertising
4.
Competitive positioning
oriented advertising
1 .Strategi, Product benefit/feature
oriented advertising.
•
Strategi periklanan yang
berorientasi pada manfaat produk atau keistimewaan produk.
•
Strategi periklanan yang
mengkomunikasikan kegunaan atau keistimewaan suatu produk/merk kepada konsumen.
•
Hasil lebih memuaskan
bila product feature/product benefit yang dionjolkan bersifat unik, tidak
dimiliki produk pesaing.
•
Contoh adv campaign dengan
aliran ini: sabun LUX memperhalus, kulit cantik, LIFEBUOY untuk kesehatan
kulit, pepsodent gigi putih, close up nafas segar.
Strategi iklan yang
berorientasi produk/manfaat diterapkan jika:
§ Produk yang diiklankan adalah kategori baru (bukan
merk baru) à sehinga perlu mendidik konsumen
§ Benefit yang utama belum semuanya terpakai pesaing
§ Benefit/product feature yang ditonjolkan benar-benar
unik dan substansi di mata konsumen
2.
Brand image oriented adv. Periklanan yang berorientasi pada citra merk.
•
Cara periklanan unttk
memberikan/menempelkan suatu kepribadian (personality) pada merk
•
Strategi ini digunakan
jika produk yang diiklan kan tidak punya product feature/ benefit yang
baik
•
Pelopor : Davi Ogivly pada
era 1960an
•
Contoh klasik :
Marlboro à citra jantan, Gudang garam à
citra pemberani
3.
Problem and/ or opportunity oriented advertising Periklanan yang
berorientasi pada permasalahan/ peluang.
•
Strategi periklanan yang
dijalankan dengan mencari permasalahan suatu produk untuk dinetralisir melalui
iklan.
•
Strategi ini diterapkan
dengan pandangan bahwa selama masih ada “sales resistance problem”, konsumen
tidak mau membeli produk tersebut.
•
Contoh : Periklanan
jamu Sido Muncul dan Nyonya Meneer à
masalah utama persepsi masyarakat baha jamu adalah minuman untuk kelas bawah à
sekarang memakai model/ pengusaha besar pmbawa image produk tersebut.
4.
Competitive positioning oriented advertising Periklanan yang berorientasi
pada competitive positionin.
•
Pelopor :Al Ries an
Jack Tour pada era 1970an
•
Konsep dasar strategi
ini berorientasi pada pesaing, yang merupakan market leader
•
Suatu produk akan mudah
diingat, bila dikaitkan dengan market leader, tanpa harus menjelekkannya
•
Alasan lain penggunaan
strategi ini adalah bahwa konsep positioning dan aliran product/benefit sudah tidak
efektf lagi karena hampir semua produsen menerapkannya
•
Contoh: Permen Kino à
slogan : KINO GANTINYA PERMEN KOPI, YANG LAIN KUNO YANG INI KINO
2)
How
to say.
Yang perlu diperhatikan dalam menciptakan
kreatifitas iklan:
a.
Directed Creativity
b.
Brand name exposure
c.
Positive uniqueness
d.
Selectivity
Directed
Creativity, Menurut Thomas Russel, ada
14 teknik visual untuk membuat naskah iklan yang dramatis:
|
|
Brand
name exposure, Positive uniqueness.
•
Brand name exposure à
penting untuk mendapat brand awareness à
contoh gagal :Mikorek dengan slogan :”gatal ya…
•
Positive uniqueness à
iklan yang efektif harus mampu menciptakan asosiasi yang positif à
contoh gagal : iklan mobil Nissan
Selectivity
•
Berkaitan dengan :
–
Message sources
•
Pembawa pesan:
ahli,dipercaya,disukai.
•
Karakter product
endoser harus sesuai dengan produk
•
Jgn “overused” (=5produk),
kesesuaian produk dengan endoser, integritas bintang, pantau prestasi, dominant
brand tidak perlu endoser
–
Message structure à
conclution, argumentation, climax
–
Message content :
rational (industry goods), emotional (consumer goods), moral (ILM)
3)
How
Much To Say
Metode Penentuan anggaran iklan:
a.
Percentage of sales à
berdasar % penjualan à
adv cost =…%x sales
b.
Affordable
à
berdasar kemampuan perusahaan, dilihat dari margin/ cash flow perusahaan. Adv
cost =…%x margin
c.
Competitive parity à
berdasar biaya iklan yang dikeluarkan pesaing, tapi besarnya tidak harus sama, tapi
menyesuaikan à adv cost =…%x adv cost of
competitor
d.
Objective and task
method à berdasar tugas dan sasaran
pemasaran
4)
Where
to say
Where
to say berkaitan dengan pemilihan media/micro media selection à
tugas “media planer”
Yang
harus diperhatikan media planer (Jim Surmanek:194):
a.
Be a money manager
b.
Remember, effectiveness
is primary
c.
Be creative
d.
Be conservant with all media forms
e.
Evaluate all reasonable
alternatives
f.
Be involved in the
total marketing picture
g.
Maintain what you have
built
h.
Keep everyone involved
i.
Establish rapport with
media suplliers
j.
Contribute beyond media
D. Rating TV
1)
Rating.
·
“a comparative
estimate of set turning in any given market” (Sydney head & Christhopher
Sterfing)
·
à
perkiraan komparatif dari jumlah pesawat TV yang sedang digunakan dalam wilayah tertentu.
·
Disebut komparatif
karena rating akan membandingkan estimasi jumlah audiens yang sebenarnya dengan total audiens.
·
Ukuran yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu acara di minati
audiens atau tidak.
·
Rating: jumlah
penduduk disuatu area yang menonton siaran TV terhadap suatu channel tertetu atau acara tertentu TV.
2)
Mengapa Rating.
a.
Perusahaan
periklanan akan memasang produknya di stasiun televisi akan menggantungkan diri
pada acara TV yang digemari oleh masyarakat.
b.
Bagaimana
mendapatkan informasi tentang acara stasiun TV apa yang digemari oleh
masyarakat à berlandaskan
pada hasil rating Televisi.
c.
Di Indonesia,rating
secara berkala dikeluarkan oleh. AGB Nielsen Media
Research
d.
10 kota besar yang diukur baru sebatas Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Makassar, Banjarmasin dan
Denpasar.
3)
Audiens Share
·
Untuk mengetahui
berapa banyak audiens yang menonton acara TV
·
Share menunjukkan
seberapa “baik” program TV bersaing dengan program lain dari TV pesaingnya.
·
Jumlah audiens
share atau pemirsa TV dihitung berdasar persentase rumah tangga yang sedang menggunakan TV atau HUT (Home Using TV).
·
Pengukuran HUT
berdasar jumlah RT yg benar-benar menghidupkan TV à
bukan yang mematikan TV, bukan jumlah keseluruhan TV
·
Audiens Share à
membagi jumlah
penonton yang
lihat acara TV tertentu dengan keseluruhan RT yang betul-betul nonton siaran TV
·
Stasiun TV akan
memiliki audiens share yang lebih tinggi dari ratingnya, karena pembaginya lebih kecil
·
Total share semua TV
selalu 100%,
·
Total
Rating hampir tidak pernah 100% karena biasanya jumlah total penonton tidak
mencapai jumlah Universe
4)
Cara Hitung Rating
·
Universe : jumlah total
pemilik TV
·
TVR : TV Rating atau
Rating à prosentase jumlah
penonton dibagi total pemilik TV (Universe)
·
TVS : TV Share atau
Share à prosentase jumlah penonton dibagi
total penonton disemua TV yang sedang menonton
5)
Rumus Rating
·
Rating = jumlah
penonton suatu program / jumlah universe X 100%
·
Share = jumlah penonton
suatu program / total penonton TV disaat bersamaan X 100%
E. METODE ESTIMESI AUDIEN
METODE
UNTUK ESTIMASI AUDIEN MENENTUKAN RETING BERIKUT:
Terdapat 3
(tiga) metode yang digunakan untuk Estimasi Audien untuk menentukan rating
program siaran Radio dan Televisi yang ke 4 (empat) adalah khusus untuk
Televisi.
Masing-masing
proses dikenal dengan Random Sampling yang berarti tiap-tiap Household atau
Rumah Tangga/person pada populasi yang sedang disusun mempunyai kesempatan yang
sama untuk dipilih.
Dengan demikian
perilaku penonton dari setiap orang atau Household pada population yang sedang
disurvey atau diteliti, simple group dapat diproyeksikan kepada populasi
tersebut.
Pengkuran merupakan prakiraan atau estimasi, dan
kemungkinan adanya samping error atau kesalahan sample. Dalam kata lain bahwa
audien kemungkinan sedikit lebih besar atau lebih kecil dari pada yang
dilaporkan.
Metodenya
adalah sebagai berikut:
1.
Diary : Kegiatan
menonton setiap hari atau mendengarkan, direkam pada Booklet kecil atau log
untuk waktu satu minggu.
2.
Telepon : Penginterview
menanyakan status apa yang sedang dipilih dan program apa yang sedang ditonton
pada saat di telepon.
Cara
ini dikenalkana sebagai method telephone-coincidental method.
Cara
atau method lain adalah method Telephone Recall, partisipan ditanya tentang
Stasiun atau program mana yang ditonton selama waktu baru-baru ini (umpamanya,
hari kemarin atau malam kemarin).
3.Personal
interview : Penginterview mengunjungi
penonton dikediaman mereka dan menayakan mereka tentang apa yang mereka tonton.
4.Meter : Alat monitor yang
dihubungkan dengan telepon kesentral computer dan chenel/saluran yang
mana/televises yang sedang ditune/disetel.
Masing-masing
method mempunyai keuntungan dan kelemahan dan untuk jelasnya adalah sebagai
berikut:
a. Dairy (catatan harian)
Cara yang digunakan untuk method ini
adalah dengan cara memberikan beberapa buku kecil atau formulir yang hendak
diisi responden untuk 1 (satu) minggu Household atau rumah tangga. Responden
diminta untuk mengisi formulir tersebut setiap harinya untuk jangka waktu
tertentu, biasanya untuk 1 (satu) minggu. Pada dasarnya method ini pengukuran
dasar untuk stasiun televise pada semua kesempatan adalah diary, yang mana
sample Household atau rumah tangga diselesaikan untuk setiap pesawat televisi
untuk 1 (1) minggu.
Setiap hari dibagi waktunya kedalam
periode 15 (lima belas)menit dan responden untuk mencatat nama stasiun dan nama
program yang mana yang dipilih setiap waktu bersama dengan umur, jenis kelamin
dan anggota keluarga atau tamu lain yang juga turut menonton.
Akhirnya
dari minggu diary tentang Televisi yang telah selesai dikirim keperusahaan yang
terkait dengan penelitian ini, informasinya diproses dan sebagian hasilnya
dipublikasikan yang biasanya disebut rating’s book atau hanya book.
Laporan tentang televisi memperbaiki
(estimasi) tentang jenis kelamin umur perbedaan periode waktu.
Kelebihan dari method diary ini adalah
diary menyediakan informasi yang mendetail, melaporkan perilaku masing-masing
penonton dan biaya penelitian tidak begitu mahal sedangkan kelemahannya adalah:
Pada method ini menonton bisa
berbohong, atau gagal menyelesaikan catatnnya dan gagal mengembalikannya.
Pemirsa bisa lupa apa yang telah
ditonton dan tulisan bisa tidak terbaca. Sementara hasil penelitiannya terkesan
begitu lambat.
b. Methoda Telepon
Concidental.
Methoda penelitian telepon considental,
interview atau penelitian menghubungi responden melalui telephon dan responden
sewaktu dihubungi harus sedang menonton televisi. Kegiatan wawancara antara
penelitian dan responden berjalan berjalan antara responden yang sedang
menonton televisi, pada saat itu juga dinyatakan penelitian di lancarkan dan
mengakibatkan jawaban spontan. Kelebihan
methoda ini adalah menghilangkan kelupaan audien (penonton).
Hasil penelitian biasa cepat dan
relative tidak mahal. Sementara kelemahannya adalah pertanyaan mesti singkat
dan responden terkadang kurang koorperatif, susah untuk memperoleh respon yang
mendetail. Kemungkinan interview bisa seperti susunan kata dari pertanyaan atau
merekam respon.
c. Methoda Telepon Recall.
Pada methoda recall ini penonton
ditanya Stasiun Televisi mana yang ditonton baru-baru ini atau kemarin malem,
namun pada methoda ini kelemahannya responden bisa mengalami kelupaan sementara
keuntungannya sama dengan telepon konsidental, untuk mengatasi kelupaan
tersebut maka sering dilakukan hubungan atau telepon agar mengingatkan kembali
audien.
d. Personal Interview.
Interview atau peneliti mengunjungi
responden di rumah mereka dan menanyakan apa yang ditontonnya. Kelebihan methoda
ini adalah lebih personal dibandingkan dengan methoda lain. Menyediakan
informasi yang lebih detail, tetapi kelemahanya responden bisa bohong dan
kemungkinan interview biasnya memakan waktu dan relative mahal.
e. People Meter (Alat
Pemantau).
Pada metode ini ada sebuah alat yang
dipasang pada pesawat televisi yang disebut people meter yangdapat mencatat
informasi mengenai tayangan yang sedang menonton pemirsa dalam satu keluarga
atau rumah tangga secara lengkap dan menyeluruh. Perusahaan yang menggunakan alat ini adalah A.C Nielsen
yang juga mempelopori penggunaan peralatan ini dengan mengembangakan suatu
system pemantau dan pelaporan yang dapat memeberikan laporan seketika.
Dengan menggunakan alat ini. Data dapat
dihimpun secara akurat misalnya informasi mengenai perpindahan dari satu
program keprogram yang lain, begitu pula kapan suatu rumah tangga menggunakan
televisinya atau mematikannya.
Kelemahan alat ini adalah tidak dapat
memberikan data mengenai komposisi audien. Untuk mengatasi hal ini A.C Nielsen
melengkapi suatu rumah tangga dengan diary yang di letakkan diatas pesawat
televisi. Responden diminta untuk mengatasi catatan ini setiap setengah jam
waktu penyangan siaran televisi.
F. RESUM E-BOOK
MANAJEMEN
KEHUMASAN DI PERGURUAN TINGGI
Oleh:
Lena Satlita
Pendahuluan
Era globalisasi yang bercirikan
persaingan ketat merupakan tantangan besar yang harus dihadapi berbagai negara
khususnya negara-negara yang sedang berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Dalam
era global terjadi berbagai bentuk perubahan pada aspek kehidupan yang
disebabkan karena perkembangan teknologi informasi yang luar biasa cepat dan
arus dan interaksi informasi yang tidak dapat dikendalikan oleh kekuatan
manapun. Keterbukaan dalam berbagai sistem kehidupan secara terus menerus akan
menjadi wacana dan cita-cita yang penting bagi kehidupan masyarakat. Menurut
Zulkarnain Nasution (2006), perubahan-perubahan yang terjadi pada era global
tidak terkecuali akan berimbas pada bidang/lembaga pendidikan (termasuk
perguruan tinggi) yang merupakan lembaga mengemban amanat ilmu
pengetahuan. Perkembangan ilmu
pengetahuluan dan teknologi yang pesat akan membawa konsekuensi program
pendidikan juga harus mampu mengikutinya dalam konteks kekinian dan masa
mendatang. Perubahan yang terjadi juga akan membawa dampak pada cepat usangnya
kebijakan maupun prakarsa pendidikan. Begitu pula parameter kualitas
pendidikan, akan berubah secara cepat dari waktu ke waktu.
Sejalan dengan dilancarkannya reformasi
dalam tatanan politik dan system kenegaraan di Indonesia, sistem pendidikan
tinggi mendapatkan momentum untuk melaksanakan otonomi yang telah lama
diharapkan. Adanya keinginan untuk memberdayakan dan menyelamatkan perguruan
tinggi negeri (PTN) dari ketidak berdayaan sistem pendidikan dan birokrasi
kenegaraan menuju otonomi pendidikan, melahirkan Peraturan Pemerintah No. 61
Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebagai Badan Hukum.
Target agar tahun 2010 semua PTN beralih status menjadi BHMN menimbulkan opini
publik pro dan kontra baik dikalangan public intern perguruan tinggi (dosen,
mahasiswa dan karyawan) maupun publik ekstern (orang tua dosen dan masyarakat
luas). Opini publik yang berkembang di masyarakat yang kontra karena pemahaman
yang keliru terhadap konsep PT BHMN. Menurut Nasution (2006:75), kekeliruan
tersebut antara lain: BHMN identik dengan swastanisasi, BHMN dimaknai sama
dengan BUMN, terjadinya kapitalisasi PTN, terjadinya komersialisasi pendidikan,
terjadinya pelepasan tanggungjawab negara atau pemerintah terhadap pembiayaan
pendidikan tinggi dan pendanaan sepenuhnya ditanggung sepenuhnya oleh universitas.
Opini yang keliru ini menyebabkan kebijakan PT BHMN sampai saat ini masih
mendapat tantangan dari berbagai pihak, terutama mahasiswa yang langsung terkena
dengan kebijakan tersebut. Berbagai demo menentang kebijakan tersebut masih kerap
terjadi dan merupakan tantangan bagi perguruan tinggi untuk meluruskan opini publik yang kontra menjadi opini yang
pro, dalam pengertian masyarakat dapat memahami PT BHMN secara jelas dan benar.
Uraian di atas menunjukkan bahwa saat
ini dan ke depan tidak mudah lagi untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang
semakin kritis. Fungsi komunikasi pada suatu organisasi tidak lagi dapat
dilakukan sambil lalu atau dirangkap oleh fungsi lain, tetapi harus dijalankan
oleh suatu bagian khusus yang menangani komunikasi ke luar maupun ke dalam,
yang sering disebut dengan hubungan masyarakat (humas) atau public relations
(PR). Humas adalah suatu pendekatan strategis yang menggunakan konsep-konsep
komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan dari publik. Sebagai alat
manajemen, humas pada suatu lembaga pendidikan kini tak terelakkan lagi.
Tulisan berikut ini akan menjelaskan tentang manajemen komunikasi (kehumasan) di perguruan tinggi.
Konsep Dasar Hubungan
Masyarakat/Public Relations
Grunig dan Hunt mendefinisikan kegiatan
humas sebagai kegiatan komunikasi, ”the management of communication between an
organization and its public ( Baskin,
Aronoff dan Lattimore, 1997:5). Marston
((1979) mendefinisikan “public relations is planned, persuasive communication
designed to influence significant public”. Menurut Harlow, humas merupakan
komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalam
rangka mendukung fungsi dari tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan
kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama (Ruslan, 1999:102).
Definisi-definisi tersebut menjelaskan bahwa humas merupakan kegiatan
komunikasi yang dilakukan sebuah organisasi dengan berbagai publiknya. Domain
kegiatan humas adalah komunikasi dalam bentuk komunikasi dua arah. Di satu
sisi, organisasi melakukan penyebaran informasi kepada publik. Di sisi lain
organisasi juga melakukan pencarian informasi, mendengarkan apa yang menjadi keinginan
publik organisasi.
Definisi lain mengkonsepsikan humas
lebih dari sekedar kegiatan komunikasi. Humas adalah sebuah fungsi manajemen
yang berkaitan dengan usaha untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan
(mutually beneficial relationship) antara sebuah organisasi dengan publiknya,
seperti yang dinyatakan oleh Cutlip, Center dan Broom (1994:6), ”the management
function that establishes and maintains mutually beneficial relationship
between an organization and the publics
on whom its success or failure depend”. Cutlip dkk melihat humas sebagai fungsi manajemen untuk membangun
dan menjaga hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya
yang menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi tersebut. Institute of
Public Relations (IPR) seperti dikutip Anggoro (2001:2) menjelaskan humas
sebagai “keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling
pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”.
Sejalan dengan definisinya, maka secara
konseptual dan metodologis, fungsi humas adalah sama di semua organisasi, yakni
berupaya membina hubungan harmonis melalui sistem saluran komunikasi dua arah
dengan publik agar tercapai opini dan persepsi yang positif, dan untuk
memperoleh citra organisasi yang baik. Edwin dan Emery (1988:32) menegaskan
fungsi humas adalah menciptakan hubungan-hubungan yang saling bermanfaat antara
sebuah lembaga dengan berbagai publiknya yang diupayakan secara terencana dan
terorganisasi. Howard Childs (Ngurah, 1999:5), menyebutkan fungsi dasar humas
bukan untuk menampilkan pandangan organisasi atau seni sikap publik, tetapi
untuk melakukan rekonsiliasi atau penyesuaian terhadap kepentingan publik
setiap aspek pribadi organisasi maupun perilaku perusahaan yang punya
signifikan sosial.
Konsep tersebut punya konsekuensi
penting, karena penyesuaian organisasi mengisyaratkan sebuah fungsi yang berada
pada level manajemen organisasi. Konsep ini menekankan pentingnya tindakan-tindakan
perbaikan yang harus dilakukan organisasi di samping usaha-usaha untuk
berkomunikasi. Humas sebagai fungsi manajemen berkaitan dengan bagaimana sebuah
organisasi menyusun kebijakan sehingga memperlihatkan sebuah kinerja yang
bertanggungjawab. Ini berkaitan dengan kenyataan bahwa penampilan yang
bertanggung jawab merupakan dasar penerimaan publik terhadap sebuah organisasi.
Hal ini berarti, humas sebuah organisasi tidak semata-mata menjadi
tanggungjawab praktisi humas tetapi harus menjadi tanggung jawab para pengelola
organisasi tersebut.
Manajemen
Kehumasan Perguruan Tinggi
Seperti telah diuraikan di atas, fungsi
sentral public relations adalah menunjang manajemen dalam mencapai tujuan
organisasi, dengan komunikasi sebagai kegiatannya yang utama. Sasaran kegiatan
public relations adalah publik intern dan ekstern, sedangkan tujuannya adalah
terbinanya hubungan harmonis antara organisasi/lembaga yang diwakilinya dengan
publiknya atau stakeholders – sasaran khalayak yang terkait-pada akhir
tujuannya: diharapkan akan tercipta citra positif (good image), kemauan yang
baik (good will), saling menghargai (mutual
appreciation), saling timbul pengertian (mutual understanding),
toleransi (tolerance) antara kedua belah pihak yang terkait dan sebagainya.
Dengan demikian, perguruan tinggi yang unggul adalah perguruan tinggi yang
mampu mengelola hubungan dengan stakeholdernya yang meliputi mahasiswa, dosen,
staf administrasi, alumni, masyarakat, pemerintah, media pers, orang tua
mahasiswa, dll, sehingga melalui hubungan yang baik dan strategis itu dapat
mencapai tujuan perguruan tinggi secara realistis. Humas perguruan tinggi
dituntut untuk mampu membangun image positif terhadap lembaga dalam memasuki
era ke depan (globalisasi, era otonomi pendidikan), menumbuhkan komunikasi yang
sinergis antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dan membangun institusi
responsif terhadap dinamika masyarakat. Dengan demikian fungsi humas perguruan
tinggi dituntut selalu professional dalam mengelola informasi sehingga
terwujudnya citra positif lembaga. Tuntutan ini mensyaratkan perlunya manajemen
terhadap pengelolaan komunikasi (humas) di perguruan tinggi.
Menurut Ngurah (1999) kegiatan
komunikasi yang diadakan oleh organisasi memang seharusnya dikelola dengan
baik. Tanpa manajemen terhadap kegiatan-kegiatan ini, organisasi tidak dapat
mengetahui sumbangan apa yang diberikan kegiatan kehumasan terhadap organisasi.
Dalam praktek keorganisasian, sangat sering terjadi kegiatan kehumasan yang
dilakukan tidak terkelola dengan baik.
Biasanya kegiatan kehumasan dilakukan tanpa perencanaan, tanpa evaluasi,
walaupun ada pelaksanaan kegiatan. Ngurah mengatakan bahwa pada dasarnya
manajemen humas dapat diartikan sebagai penerapan konsep-konsep manajemen ke
dalam kegiatan humas mulai dari merencanakan suatu program kerja humas,
mengorganisasikannya, melaksanakannya hingga mengevaluasi suatu program kerja
humas. Program kerja humas yang baik harus didasarkan pada pemahaman yang tepat
terhadap persoalan kehumasan yang dihadapi oleh sebuah organisasi. Oleh
karenanya kegiatan humas yang efektif pada dasarnya adalah sebuah proses yang
diawali dengan penentuan masalah melalui penelitian. Menurut Scott M.Cutlip
& Allen H.Center (1982:139), sebagai landasan acuan untuk pelaksanaan
program kerja humas dapat dilakukan melalui “proses empat tahapan atau
langkah-langkah pokok” yaitu:
a) Reseacrh – Penemuan fakta (Fact Finding)
Pada tahap ini, akan ditetapkan suatu
fakta dan informasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan organisasi.
Penemuan fakta dilakukan untuk mengetahui apakah opini, sikap dan reaksi
(situasi dan pendapat) dalam masyarakat menunjang atau justru menghambat
organisasi, instansi atau perusahaan (what’s our problem?). Dalam tahap penemuan fakta ini seorang
petugas humas dituntut:
1. Memperhatikan berbagai kejadian
atau perkembangan sosial, politik maupun ekomomi yang secara langsung atau
tidak langsung berhubungan dengan lembaga atau perusahaan.
2.
Mengumpulkan berbagai macam data untuk diolah menjadi informasi.
3.
Menganalisis informasi itu agar sesuai dengan keperluan lembaga atau
perusahaan.
4. Selalu siap menyajikan berbagai
informasi secukupnya kepada setiap unit organisasi atau perusahaannya.
5.
Menyempurnakan segala macam informasi yang dirasakan masih kurang
memadai.
6. Melengkapi simpanan data
dan informasi antara lain dengan menyelenggarakandokumentasi dan press
clipping.
Sehubungan dengan kegiatan penemuan
fakta ini, khususnya yang menyangkut opinion research, maka Cutlip dan Center
menemukan empat tahap penelitian yaitu:
1. Penelitian tentang situasi yang
sedang terjadi (current situation), khususnya mengenai apa yang sedang
dipikirkan orang dan mengapa.
2.
Penelitian tentang prinsip-prinsip dasar humas yang sedang dilaksanakan
oleh organisasi atau perusahaan.
3. Penelitian tentang hasil,
bagaimana orang memberikan reaksi terhadap protesting yang diadakan oleh
organisasi atau perusahaan, misalnya terhadap reaksi pendapat atas suatu iklan
ataupun artikel khusus yang ditulis oleh bagian humas.
4. Mengadakan evaluasi mengenai bagaimana orang
memberikan reaksi dan responnya terhadap stimuli lainnya yang diberikan oleh
organisasi ataupun perusahaan.
b). Perencanaan dan Mengambil Keputusan (Planning –
Decision)
Perencanaan merupakan tahap yang cukup
penting, karena menghubungkan kegiatan komunikasi dengan kepentingan
organisasi/perusahaan. Dalam tahap ini yang merupakan kelanjutan dari tahap
fact finding – atas dasar hasil penelitiannya, seorang petugas humas
merencanakan bagaimana sebaiknya dengan memperhatikan faktor-faktor psikologis,
sosiologis, keadaan sosial, ekonomi politik – pesan dari komunikator dirumuskan
agar dapat mencapai tujuannya.
Berdasarkan hasil fact finding, dalam
tahap ini sejumlah langkah yang perlu dilakukan, yaitu:
1.
Merumuskan apa tujuan yang harus dicapai oleh humas ketika mengirim
pesan tertentu.
2.
Mengolah data yang diperolehnya tentang berbagai faktor yang diperlukan.
3.
Merumuskan bagaimana pesan harus disebarkan.
4.
Menentukan teknik komunikasinya.
5.
Memeriksa kesempurnaan informasi yang diperolehnya pada tahap fact
finding.
6. Membandingkan pengalaman-pengalaman
pihak lain dan organisasinya sendiri guna memperoleh langkah terbaik.
7. Mengadakan analisis atas informasi yang
diperoleh serta merumuskannya sesuai dengan program kerja, yaitu sesuai dengan
situasi dan tempat.
c) Komunikasi
– Pelaksanaan (Communication – Action)
Tahapan komunikasi tidak terlepas dari
perencanaan tentang bagaimana mengkomunikasikan dan apa yang dikomunikasikan
sehingga menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif mempengaruhi pihak-pihak
yang dianggap penting dan berpotensi dalam upaya memberikan dukungan
sepenuhnya. Bagaimana mengkomunikasikan sesuatu dan apa yang dikomunikasikan,
sebenarnya tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan
kehumasan. Suatu program komunikasi menyangkut pilihan-pilihan terhadap saluran
komunikasi yang akan digunakan dalam berkomunikasi dengan publik sasaran. Untuk
itu, pilihan media atau saluran komunikasi tergantung pada publik sasaran.
Pilihan media saluran dipengaruhi oleh antara lain faktor ketersedian media,
biaya, ketrampilan komunikasi, publik sasaran dan tujuan komunikasi. Selain
pilihan media/ saluran komunikasi, dalam program komunikasi, perlu juga
ditentukan jenis pesan dan tema2 yang harus ditonjolkan. Selain itu menurut
Ngurah (1999), implementasi program kehumasan dilakukan tidak hanya dengan
program komunikasi, tetapi juga program tindakan untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi organisasi. Kedua cara tersebut perlu dilakukan karena masalah
hubungan perusahaan dengan publik tidak saja disebabkan kesalahan berkomunikasi
tetapi juga faktor-faktor non komunikasi (kesalahan berperilaku, membuat
kebijakan, dll.). Karena masalah kehumasan bisa disebabkan faktor komunikasi
dan non komunikasi, maka Humas perlu mengusulkan program tindakan untuk menunjang
penyelesaian masalah. Sebagai contoh untuk melakukan sebuah program kampanye
kebersihan, program tindakan (menunjang) yang perlu dilakukan adalah antara
lain penyediaan tong sampah ditempat umum dan pengangkutan sampah.
d. Evaluasi (Evaluation).
Setelah komunikasi dilaksanakan, maka
sesuatu organisasi tentu ingin mengetahui dampak atau pengaruhnya terhadap
publik atau khalayak. Pada tahapan ini humas mengadakan penilaian terhadap
hasil-hasil dari program-program kerja atau aktivitas humas lainnya yang telah
dilaksanakan, serta keefektivitasan dari teknik-teknik manajemen, dan
komunikasi yang telah dipergunakan. Menurut Ngurah (1999) evaluasi program
humas penting dilakukan karena:
1.
Dengan menunjukkan nilai program kehumasan bagi perusahaan, maka manajer
humas dapat mempertahankan program-program tersebut dan keberadaan bagian
Humas.
2.
Tuntutan dari setiap manajemen perusahaaan terhadap setiap bagian
diperusahaan agar setiap pengeluaran sumber daya dapat dipertanggungjawabkan.
3. Pemikiran/pendapat kalau
program/ bagian humas merupakan bagian yang menghambur-hamburkan uang (biaya
besar, tidak jelas hasil pencapaian objektif tertentu).
4. Bagian dari usaha untuk peningkatan status
profesionalisme para praktisi humas.
Sedangkan menurut Kendall (1992),
evaluasi dapat dilakukan melalui tujuh kategori untuk mengetahui program humas
berhasil/efektif yaitu:
1. Pencapaian sasaran (goal
achievement), sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
2. Pengukuran perbaikan (measurement
of improvement), apakah situasi sudah mengalami perbaikan (sikap/pengetahuan
publik).
3. Pengukuran hasil (measurement of
result), yaitu Evaluasi pada apa yang sudah dibuat/dihasilkan humas, tapi belum
pada pencapaian tujuan yang tetap.
4. Efisiensi biaya (cost
efficiency), yaitu mengukur sukses program humas dengan menghitung nilai uang
yang dihasilkan program humas dengan usaha-usaha atau jumlah uang yang
dikeluarkan (cost-benefit analysis, membandingkan nilai yang diperoleh dengan
sumber daya yang dihabiskan).
5. Perubahan organisasi
(organizational change), yaitu evaluasi terhadap program humas pakah
berpengaruh pada perubahan dalam organisasi (misal: meningkatkan semangat kerja
karyawan).
6. Efek yang tak terencana
(unplanned effect), untuk mengetahui apakah ada hasil-hasil sampingan yang
justru muncul sebagai akibat dari program humas. (misal: karyawan jadi
kompak,dll).
7.
Harapan-harapan tak terakulasi (unarticulated hopes), yaitu evaluasi
terhadap harapan-harapan pihak manajemen yang tidak terakulasi dengan baik. Setiap
tujuan program harusnya sudah teridentifikasi dengan jelas seluruh
harapan-harapan yang dimiliki oleh pihak manajemen.
Menurut Ruslan (2002::142), setiap
tahap dari proses kerja humas di atas, sama pentingnya bagi terlaksananya suatu
program humas yang efektif, saling berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan.
Proses kerja humas merupakan satu kesatuan yang secara sirkuler terus-menerus
berlangsung. Proses analisis-sintesis-komunikasi-interpretasi dari kerja humas
merupakan proses yang berkesinambungan dalam bentuk spiral dan seringkali
tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Kalau diuraikan dan digambarkan maka
lingkaran dan langkah-langkah kegiatan humas adalah sebagai berikut:
1.
Menganalisis perilaku umum dan hubungan organisasi terhadap lingkungan
2.
Menentukan dan memahami secara benar perilaku tiap-tiap kelompok
terhadap organisasi.
3.
Menganalisis tingkat opini publik, baik yang intern maupun yang ekstern.
4.
Mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan, masalah-masalah yang
potensial, kebutuhan-kebutuhan dan kesempatan-kesempatan.
5.
Menentukan formulasi dan merumuskan kebijakan-kebijakan
6.
Merencanakan alat atau cara yang sesuai untuk meningkatkan atau mengubah
perilaku kelompok masyarakat sasaran
7. Menjalankan dan melaksanakan
aktivitas-aktivitas sesuai dengan program yang telah direncanakan
8.
Menerima umpan balik untuk dievaluasi, kemudian mengadakan
penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
Untuk membuat program kerja humas yang
efektif bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah, karena publik yang menjadi
sasaran amat kompleks dan manajemen organisasi yang harus didukung juga rumit.
Oleh karenanya keberhasilan manajemen humas sangat tergantung pada
posisi/kedudukan serta kemampuan praktisi Humas. Ruslan (2002) mengatakan agar
Humas perguruan tinggi dapat melaksanakan fungsi strategis maka harus
diupayakan:
1.
Menempatkan posisi Humas dekat dengan pimpinan lembaga pendidikan agar
humas mengetahui secara jelas dan rinci mengenai pola perencanaan, kebijakan,
keputusan yang diambil, visi dan arah tujuan lembaga pendidikan ybs, agar tidak
terjadi kesalahan dalam penyampaian pesan dan onformasi yang bersal dari
lembaga pendidikan ke pada masyarakat.
2.
Humas dalam memberikan informasi mewakili lembaga pendidikan tersebut
dapat dipertegas tentang batas-batas wewenang dan tanggungjawab dalam
memberikan keterangan (sebagai juru bicara). Dengan demikian humas akan selalu
mengetahui informasi secara jelas mengenai pelaksanaan dari keputusan atau
kebijaksanaan pimpinan lembaga pendidikan tersebut.
3.
Pimpinan atau staf humas selalu diikutsertakan menghadiri setiap rapat
atau pertemuan pada tingkat pimpinan agar dapat mengetahui secra langsung
dengan tepat tentang ”latar belakang” suatu proses perencanaan, kebijaksanaan,
arah dan tujuan organisasi yang hendak dicapai, baik dalam jangka pendek maupun
panjang.
4.
Humas diberi fungsi koordinasi berhubungan secara langsung dan segera
dengan pimpinan puncak (Rektor/Direktur) tanpa melalui perantara pejabat/bagian
lain sehingga fungsi kehumasan berlangsung secara optimal, antisipatif dan
dapat melaksanakan berbagai macam perencanaan, peranan komunikasi. Atau dengan
kewenangan yang ada mampu mengatasi berbagai masalah yang mungkin akan timbul tanpa
diduga sebelumnya.
5.
Humas harus bertindak secara proaktif dan dinamis, serta fleksibel
sebagai nara sumber atau mengatur saluran komun ikasi baik ke dalam maupun ke
luar untuk menghindarkan sikap reaktif (pasif) dalam menghadapi berbagai
masalah atau tantangan yang bakal dihadapinya.
6.
Humas berperan melakukan tindakan mulai dari memonitor, merekam,
menganalisi, menelaah hingga mengevaluasi setiap reaksi feed back, khususnya dalam upaya penilaian
sikap tindak serta mengetahui persepsi masyarakat sebaagi suatu akibat yang
ditimbulkan dari keputusan yang diambil dan kebijakan telah dijalankan oleh
pihak lembaga pendidikan.
7.
Humas dapat memberikan sumbangsaran, ide, dan rencana atau program kerja
kehumasan untuk memperbaiki atau mempertahankan nama baik, kepercayaan, dan
citra organisasi terhadap publiknya. Termasuk menjembatani atau menyerasikan
antara kebijaksanaan/keputusan pimpinan lembaga pendidikan dengan
kepentingan/keinginan masyarakat sekaligus memperoleh dlkungan dan partisipasi
dari masyarakat.
Penutup
Berbagai perubahan yang terjadi akibat
globalisasi dan reformasi yang berimbas pada dunia/lembaga pendidikan
menyebabkan perguruan tinggi harus menata komunikasinya ke publik internal
maupun eksternal. Konsekuensi dari hal tersebut, perlu ada suatu bagian yang
bertugas untuk mengelola komunikasi dan informasi yang di sampaikan pada publik
agar publik dapat memperoleh pemahaman yang jelas dan mendukung berbagai
kebijakan dan produk yang dihasilkan suatu perguruan tinggi. Fungsi dan peran Humas
perguruan tinggi selaku sumber informasi perlu diberdayakan baik menyangkut SDM
nya maupun posisi nya dalam struktur organisasi. Pencapaian tujuan dan sasaran
humas akan dapat diwujudkan jika aktivitas humas terorganisasi dengan baik
melalui manajemen humas yang dikelola secara professional.
Melalui manajemen kehumasan, dapat
dibuat suatu program kerja humas yang tepat sasaran karena didasarkan pada
pemahaman yang jelas terhadap persoalan kehumasan yang dihadapi oleh sebuah
organisasi. Sehingga misi pokok Humas perguruan tinggi untuk membangun image positif, menumbuhkan
komunikasi yang sinergis antara perguruan tinggi dengan masyarakat dan membangun institusi
yang responsif terhadap dinamika masyarakat dapat terwujud.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Games Ninja Saga merupakan game favorit bagi para gamers. Ninja Saga adalah salah satu permainan yang diciptakan dan sekaligus dimainkan d...
-
Berawal saat di organisasi saya mengadakan pengajian dan mendoakan saudara-saudara dan orang tua kita yang mendahului kita, dan kebetula...
-
Herbal kayu ular awalnya hanya digunakan sebagai obat malaria, meningkatkan setamina tubuh dan menghalau racun akibat gigitan ular. Ma...
-
MANAJEMEN DAN PUBLIC RELATION A. LATAR BELAKANG Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui b...
-
"MAINAN MASA KECIL KU" KETAPEL, adalah permainan pada masa aku masih kecil dan ketapel ini senjata saya pada saat memb...
-
SEJARAH PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) merupakan salah satu elemen ma...
-
MANAJEMEN PERIKLANAN A. Manajemen Periklanan Manajemen berasal dari kata manage (bahasa latinnya: manus) yang berarti: memimpin,...
-
Martabak Khas aros baya, jajanan yang satu ini mudah di dapat di sepanjang jalan aros baya, jajanan ini sangatlah murah meriah tentu tid...
-
TRADISI merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun da...
-
file:///C:/Users/Triple-C/Downloads/Bisnis3.jpg Ruang Lingkup Studi Kelayakan Bisnis BAB I I. Pendahuluan 1.1 Deskripsi Sin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar