SINGKONKEJU

Kamis, 14 Februari 2013

KADER PMII HARUS PEKA TERHADAP PROBLEMATIKA YANG ADA

Menganalisa Kader Pmii Antara Das Sein Dan Das Sollen

            Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau disingkat PMII, merupakan satu dari elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan bangsa Indonesia ke depan menjadi lebih baik. PMII berdiri tanggal 17 April 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 60-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan muda NU (meskipun di kemudian hari dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972, PMII menyatakan sikap independen dari lembaga NU). Diantara pendirinya adalah Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang jurnalis sekaligus politisi legendaris).
            Peran penting pemberdayaan dan  pengoptimalan kaderisasi pmiiTidak bisa dipungkiri bahwa dinamika organisasi sering kali mengalami fluktuasi, soliditas serta dinamisasi yang lumayan terganggu. Lantaran sebagian pengurus banyak yang harus memenuhi kewajibannya kepada orang tua, hati nurani dan lain sebagainya. Namun tampaknya itu tidak menjadikan pengurus lainnya untuk tetap berada dan tidak meninggalkan PMII sebagai medan perjuangan serta melaju sampai selesai.
            Sadar tidak disadari ini semua merupakan realitas dinamika gerakan yang tidak hanya terjadi pada PMII saja, namun yang lainnyapun tidak bisa lepas dari semua itu. Akan tetapi dengan adanya hal semacam itulah harusnya mampu menjadi pengaju untuk lebih meningkatkan kinerja, meskipun sampai harus mengerjakan apa yang bukan menjadi tugasnya. Terlebih lagi PMII sebagai organisasi pengkaderan, maka ruh organisasi nantinya selalu atau senantiasa diletakkan dalam masalah pengkaderan.
            Itulah yang sangat diharapkan dari PMII, ketika melihat kondisi secara kuantitas semakin terjadinya penurunan jumlah kader yang cukup signifikan. Dikarenakan telah terjadinya Liberalisasi mahasiswa, semakin tingginya pragmatism dikalangan mahasiswa, lemahnya tradisi diskusi apalagi dihadapkan pada hegemoni kampus yang nyata-ynata telah menyibukkan mereka, sehingga enggan untuk terjun ke dunia organisasi.
            Pentingnya Pengoptimalan dan Pemberdayaan kaderisasi. Itulah kemudian perlunya dan sudah menjadi keharusan saatnya lagi PMII untuk lebih meningkatkan pemberdayaan kader dan mengoptimalkan system kaderisasi yang tetap berlandaskan ASWAJA dan Nilai-nilai Ke-Islamannya. Jelas pada prinsipnya PMII adalah organisasi pengkaderan dan selalu menitikberatkan pada sisi di mana, bagaimana mendapatkan, mencari sekaligus mencetak dan memiliki kemandirian berfikir juga berjalan secara dinamis. Karena ini inti pokok yang diusung PMII sebagai organisasi yang selalu intens terhadap upaya perubahan dari waktu ke waktu.
            Meskipun pertimbangannya bahwa PMII adalah organisasi ekstra kampus, maka sangat perlu membutuhkan kerja keras untuk masuk ke dalam wilayah intra kampus, yang tanpa menutup kemungkinan terhadap adanya penguasaan wilayah kampus itu sendiri. Hal ini ternyata memang harus ada, dikarenakan jelas ranah eksplore PMII adalah kampus itu sendiri, meskipun disisi lain telah berdiri ideologi berbeda  semisal HMI, GMNI bahkan gencar-gencarnya HTI ± tahun 2008 sampai sekarang dengan LKD nya yang terkesan fundament telah masuk. Disamping itu PMII juga tidak bisa lepas sebagai organ gerakan yang mempunyai amanat control dan perubahan tatanan public dan transformasi baik wacana maupun kepeduliannya dalam pembangunan masyarakat.
            Pengoptimalan dan pemberdayaan kader menjadi salah satu solusi sekaligus pilar pergerakan PMII secara maksimal untuk menjawab seluruh tantangan zaman. Hal ini nantinya mampu melahirkan kader-kader professional dalam rangka realisasi transformasi sosial sebagai rajutan sejarah yang dibuat oleh PMII. Dan tentunya PMII sebagai organ yang mampu menjawab kebutuhan kader dan masyarakat, mampu mengaktualisasikan diri serta mampu menjadi media dalam terwujudnya Rohmatan Lil Alamin.

Pengertian das sain dan das sollen
            Das Sein berarti keadaan yang sebenarnya pada waktu sekarang, sedangkan das Sollen berarti apa yang dicita-citakan; apa yang harus ada nanti, atau untuk singkatnya arti dari keduanya adalah "yang ada dan yang seharusnya". Keduanya diambil dari bahasa Jerman.
            Das Sollen adalah segala sesuatu yang mengharuskan kita untuk berpikir dan bersikap. Contoh : dunia norma, dunia kaidah dsb. Dapat diartikan bahwa das sollen merupakan kaidah dan norma serta kenyataan normatif seperti apa yang seharusnya dilakukan.
     Das Sein adalah segala sesuatu yang merupakan implementasi dari segala hal yang kejadiannya diatur oleh das sollen dan mogen. Dapat dipahami bahwa das sein merupakan peristiwa konkrit yang terjadi.
     Das Sein adalah sebuah realita yang telah terjadi sedangkan Das Sollen adalah apa yang sebaiknya dilakukan yaitu sebuah impian dalam dunia utopia yang menjadi keinginan dan harapan setiap manusia sedangkan Das Sollen merupakan realita yang menimpa manusia itu sendiri. Hal inilah yang disebut dengan sebuah harapan dan kenyataan.
            Merokok merupakan peristiwa konkrit (das sein) tetapi bila orang merokok di dekat pom bensin dan terjadi ledakan akibat orang yang merokok tersebut, maka merokok menjadi peristiwa hukum yang dapat menyebabkan perokok tersebut dihukum.
            Peristiwa konkrit (das sein) memerlukan das sollen untuk menjadi peristiwa hukum. Begitu pula sebaliknya, dunia norma (das sollen) juga memerlukan peristiwa konkrit (das sein) untuk menjadi peristiwa hukum. Contoh : terdapat aturan "barangsiapa membunuh harus dihukum..", maka bila tidak terjadi pembunuhan maka tidak berlaku pula aturan ini. Sehingga kami mempunyai kesimpulan umum bahwa das sollen dan das sein itu saling melengkapi satu sama lain.

Implementasi Das Sein dan Das Sollen dalam PMII
            Sperti yang kita ketahui dari pemaparan di atas bahwa Des Sain adalah sebuah realita yang telah terjadi sedangkan Das Sollen adalah apa yang sebaiknya dilakukan merupakan realita yang menimpa manusia itu sendiri. Hal inilah yang disebut dengan sebuah harapan dan kenyataan. Sama halnya sebuah peristiwa sekarang yang membutuhkan solusi untuk kedepannya lebih baik.
Contohnya kita melaksanakan PKL hal ini merupakan Das Sien pada saat ini, Das Sollennya agar kader pmii lebih matang dalam memiliki dunia ke-PMIIan.


Contoh selanjutnya








            Dari gambar diatas harusnya kita tahu bahwa segala sesuatu dalam PMII harus bisa di musyawarahkan. Entah secara kekeluargaan tidak individual. Namun yang terjadi dalam postingan ini dimana seorang kader PMII mengomentari kerja PB di muka umum. Bukankah itu sama halnya membuka kekurangan di khalayak umum. Memperdebatkan dan memperbincangkan apa yang menjadi miliknya tanpa tindakan pasti. Sungguh ironis.
            Dengan adanya das sein dalam kejadian ini, di harapkan adanya das sollen dari kader. Yaitu sumbangan pemikiran dan tenaga tentunya agar PMII bisa lebih baik kedepan. Bukan hanya komen di depan Umum tanpa adanya tindakan. Bukankah sebagai kader PMII kita harus Menyempurnakan kekurangan itu bukan malah memperluas lubang kekurangan itu sendiri. Mengkritik boleh, asal ada Resolusi. Alangkah baiknya jika kader PMII seperti kita ini Berwawasan dan Mawas diri disetiap tindakan kita, sebagai cerminan kader yang berintelek dan Aswaja.
            Kasus lain dalam kader PMII, adalah adanya perebutan kekuasaan. Rupanya, lagi-lagi kader terpecah. Salah satu contoh dalam das sein dan das sollen menyebutkan bahwa “jika membunuh seseorang maka harus bertanggung jawab” hal ini sama saja dengan “berani berbuat harus berani bertanggung jawab”.
            Dalam kasus perebutan jabatan ini, entah ada unsur apa di dalamnya. Kedua kubu dalam perebutan jabatan akan berani melakukan apapun demi mendapatkan ambisi, namun mereka belum tentu berani mempertanggung jawabkannya kelak. Baik di dunia setelah menjadi pemimpin maupun di ahirat. Permasalahan seperti ini akan menimbulkan pengaruh negatif bagi kader PMII yang lain. Diantaranya kurangnya rasa percaya lagi terhadap PMII akibat konflik yang muncul, bisa-bisa mereka menjauh bahkan memandang rendah PMII. Apa ini yang kita Harapkan? Perpecahan? Kubu-kubu?
Tentu saja tidak. Bahkan perebut jabatan itu tidak bisa mempertanggung jawabkan kelakuannya, tidak bisa menyatukan apa yang sudah terpisah. Bertahun-tahun yang berubah hanya dalam 1 hari saja.
            Das sein ini memerlukan das sollen yang belum bisa kita pecahkan hingga sekarang. Mungkin saya pribadi menyarankan adanya kekeluargaan dalam PMII, adanya tenggang rasa dan saling menghormati agar tidak terjadi konflik satu dengan yang laiinnya. Hal itu yang harusnya lebih ditanamkan dalam jiwa PMII. Jika imam Syafii dan para sahabat dahulu bisa bertenggang rasa dan menghormati Imam yang  lain ketika Bermakmum tidak menggunakan Khunnut maka kenapa kita sekarang tidak bisa bertenggang rasa dan menghormati ketika ada pemilihan ketua??
            Jika, para sahabat Nabi Muhammad S.a.w bisa saling mengalah saat pemilihan khalifah setelah nabi, kenapa Ummatnya tidak bisa? Bukankah kita berlandaskan ASWAJA? Di mana Ruh PMII kita? Kiranya lagi-lagi resolusi (des sollen) yang kita butuhkan.

Read more >>

Popular Posts