SINGKONKEJU

Rabu, 25 September 2013

JURNAL RELASI GENDER DALAM HUBUNGAN ANTAR PRIBADI



(Studi Deskriptif Tentang Perbedaan Komunikasi Verbal Dan Non Verbal dalam Hubungan Percintaan Antara Mahasiswa Laki-Laki Dan Perempuan Di Universitas Trunojoyo Madura)

Ach. Subairi
Netty Dyah Kurniasari
Dinara Maya Julijanti

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura

Jl. Raya Telang PO. BOX 2 Kamal, Bangkalan, Madura, 691962
E-mail: abay.penyair@gmail.com


ABSTRACT
The aims of this study are to know the communication of gender relation in love interpersonal relation that was happened in university of Trunojoyo Madura students, to know the differences of verbal communication between man and women in Trunojoyo Madura University students and to know the differences of non verbal communication between man and women in University of Trunojoyo Madura.
This study uses qualitative method with cases study approach. The technique of collecting data in this study uses premier data, they are interview and observe also secondary data from book and other media. The object of this study is the university students that have close relation in Trunojoyo Madura University. There are 10 love couple as informant in this study.
The result of this study is the gender differences between male and female in showing their feeling. Where man is more dominant express his feeling rather than women, and then man is more romantic in love, man likes touching and women like to be touched. The conflict resolving problem in each couple where women is often apologize rather than man, beside that, there is verbal communication as lovely name in each couple that is so romantic. The non verbal communication happens when women answer the love question from man. The changes name in the short message service when they have misunderstanding.

Key words: Gender Relation, Interpersonal Relation, Verbal and Non Verbal Love Relation.


I.     PENDAHULUAN
Istilah pacaran memang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sudah banyak orang yang mengangkat topik ini untuk dikaji, dibahas, dan diteliti. Namun topik ini selalu menarik untuk diangkat karena melekat dalam kehidupan kita sehari-hari terutama bagi remaja di kalanagan mahasiswa. Permasalahan dalam pacaran merupakan hal kontemporer dikalangan pemuda saat ini. Sebuah tindakan yang wajar sebagai wujud dari perasaan suka kepada lawan jenis namun kebanyakan menjadi ajang pelampiasan nafsu yang berakibat buruk bagi para pelakunya. Sebagai seorang remaja yang sebentar lagi menginjak usia dewasa tentu sudah pernah merasakan getaran-getaran cinta. Getaran itu merupakan suatu perasaan suka kepada lawan jenis yang diekspresikan melalui berbagai macam cara. Suatu perasaaan yang bergejolak di dalam hati terhadap seseorang yang menimbulkan rasa ingin memperhatikan dan diperhatikan.
Namun di sisi lain fenomena pacaran tumbuh subur di masyarakat akibat arus globalisasi dan gaya hidup para remaja yang masih rentan terhadap perubahan. Setiap orang mempunyai pandangan dan anggapan yang berbeda tentang fenomena pacaran tersebut, ada yang menganggap pacaran itu dilakukan hanya untuk bersenag-senang dan semata-mata untuk memberikan kepuasan tetapi ada juga orang yang menganggap pacaran adalah sesuatu yang indah dimana kita mampu mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari lawan jenis. Pada umumnya pacaran mempunyai dampak terhadap orang yang melakukanya. Orang bisa bahagia karena pacaran namun di sisi lain tidak sedikit pula orang yang hancur masa depanya karena pacaran. Kenyataanya pacaran mempunyai sisi positif dan negative baik dari segi agama, pendidikan, etika maupun budaya.
Pada masa remaja biasanya setiap individu masih bingung dalam menentukan siapa sebenarnya dia (tahap pencarian jati diri). Dalam tahap pencarian identitas diri, remaja masih mencari apa yang harus ia lakukan dalam kehidupannya. Pada masa inilah diperlukan penanaman nilai-nilai norma yang berlaku agar pada waktu menjalani fase pendewasaan tidak terjerumus kedalam jurang kesalahan yang dalam.
Dari permasalahan diatas, peneliti akan membahas hubungan dalam berpacaran di kalangan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama ini dapat di simpulkan bahwa lebih dari setengah jumlah mahasiswa di Universitas Trunojoyo Madura mempunyai hubungan dengan lawan jenis (berpacaran). Keberlangsungan fenomena hubungan percintaan antara mahasisawa sudah menjadi hal yang umum terjadi di semua kampus, tidak terkecuali di kampus Universitas Trunojoyo Madura. Namun yang menarik dari fenomena hubungan percintaan tersebut adanya perbedaan relasi gender antara laki-laki dan perempuan.
Hubungan di atas sudah lumrah terjadi di lingkungan kita, sebab manusia senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi.
Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundemental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat karena tanpa komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk. Adanya komunikasi disebabkan oleh adanya kebutuhan akan mempertahankan kelangsungan hidup dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Salah satu bentuk komunikasi di kehidupan sosial adalah komunikasi antar pribadi (KAP). Komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto,2004).
Dalam pengertian tersebut, komunikasi antar pribadi (KAP) mengandung 3 aspek: yaitu 1) pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus, 2) komunikasi antar pribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik, 3) mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.
Komunikasi antar pribadi berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.
Joseph A.Devito, mengungkapkan masalah komunikasi antar pribadi (KAP), dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (Devito, 1989:4), komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).
Komunikasi antar pribadi bisa di definisikan dalam berbagai cara salah satu cara untuk mendifinisikannya dengan jumlah orang berkomunikasi dan hubungan mereka satu sama  lain. Ini disebut dengan dyadic atau definisi secara hubungan cara lain dari definisian itu adalah proses perkembangan dimana komunikasi dimulai sebagai tidak  pribadi dan  menjadi interaksi pribadi. Ini kita sebut dengan perkembagan definisi.
Dalam dyadic atau definisi hubungan, komunikasi antara pribadi adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang yang memiliki hubungan akrab: mereka memiliki kesamaan “nyambung”. Komunikasi antar pribadi ini seperti teman antar teman, ayah dan anak, kariawan dan atasan, guru dan murid, dan lain-lain.
Dalam perkembangan definisi, komunikasi antar pribadi di bedakan dari komunikasi yang tidak pribadi oleh tiga faktor. Komunikasi antar pribadi meliputi area yang lebih luas pada sesi ini (Devito,1989:6-8).
Definisi-definisi diatas adalah pendapat dari banyak ahli tentang komunikasi dan komunikasi antar pribadi. Selanjutnya Devito mencoba menguraikan tentang konsep antar pribadi melalui sub bahasan yang lebih detail dalam karyanya, interpersonal communication.
Dari semua bentuk hubungan antarpribadi, sudah tidak diragukan lagi bahwa hal paling penting adalah pertemanan (friendship),  percintaan (lovers)  dan  keluarga. Dan dalam konteks hubungan antarpribadi, percintaan adalah hal yang terpenting karena kita semua dilahirkan untuk mencintai. Cinta adalah prinsip eksistensi dan didalam cinta ada hubungan antarpribadi yang ditumbuhkan, dijaga dan kadangkala dirusak melalui komunikasi (Devito,1989:406).
Hal yang menarik dan patut diteliti adalah bahwa terdapat perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan dalam hubungan percintaan. Perempuan digambarkan sebagai pihak yang emosional sedangkan laki-laki rasional. Perempuan lebih bebas untuk menceritaka percintaan mereka dengan sesama perempuan, sedangkan laki-laki dilarang untuk menceritakan kepada teman laki-laki mereka. Perbedaan gender tersebut bisa berimplikasi bagaimana perempuan dan laki-laki diperlakukan berbeda dalam sebuah hubungan percintaan. Perbedaan prilaku tersebut memberikan implikasi luas, salah satunya perempuan seringkali menjadi korban dalam sebuah hubungan percintaan.
Lebih lanjut, penelitian tentang gender sudah banyak dilakukan namun lebih banyak yang mengambil konteks media massa. Bagaimana perempuan dan laki-laki digambarkan berbeda dalam media massa. Sedangkan studi tentang gender dalam konteks hubungan antar pribadi masih sangat jarang dilakukan. Sehingga peneliti melihat fenomena mahasiswa saat sekarang ini merupakan remaja yang penuh sensasi, sehingga sesuatu yang berkenaan dengan mahasiswa sangat menarik, mahasiswa merupakan salah satu jenjang suatu pendidikan yang mengalami banyak perubahan. Salah satunya perubahan karakter berfikirnya yang semakin idealis. Sedangkan perubahan yang selanjutnya merupakan perubahan pada fisik, dimana cara berdandanya yang awalnya seperti anak SMA namun ketika menjadi mahasiswa penampilannya yang semakin elegan. Perubahan terhadap mahasiswa sangat banyak mulai dari gaya berkomunikasi dengan teman-temannya yang ada di sekitarnya sampai dengan pasangannya. Terkadang mahasiswa rentan menerima apa yang mereka anggp baik dan mengasyikkan, dalam kenyataannya kadang yang mereka terima itu buruk.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pada bagaimana perbedaan gender dalam hubungan komunikasi verbal dan non verbal antara laki-laki dan perempuan dalam percintaan. Fokus penelitian ini pada perbedaan komunikasi verbal dan non verbal dalam perbedaan romantisme antara laki-laki dan perempuan. Hasil studi ini bisa bermanfaat untuk memperkaya kajian komunikasi gender dalam konteks hubungan antar pribadi yang selama ini masih jarang.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Adapun penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara diskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,2005:6). Alat pengumpulan data adalah peneliti yang terjun langsung kelapangan dan juga di bantu beberapa informan.
Hal-hal yang terdapat dalam analisis kualitatif, data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu memungkinkan telah di kumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman), dan yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas. analisis data terdiri dari ; masa pengumpulan, penyajian data, dan kesimpulan (Matthew,2009:15).
Adapun analisis data terdiri dari; masa pengumpulan, penyajian data, dan kesimpulan. Masa pengumpulan berupa menginputan data kata-kata dalam wawancara dan observasi disajikan dalam tulisan dari penelitian dan penarikan kesimpulan.


II.  PEMBAHASAN
Relasi gender itu adalah perbedaan laki-laki dan perempuan dalam suatu proses komunikasi, proses komunikasi antara dua remaja yang sedang berpacaran di dalamnya terdapat komunikasi antar pribadi yang terjalin diantara mereka. Komunikasi antar pribadi adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, dan sebagai tempat berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil. Komunikasi antar pribadi antara dua orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah, bentuk interaksi verbal dan non verbal. (Mulyana,1996:76).

Dari hasil pasangan yang di teliti, mayoritas laki-laki sebagai pihak yang menyatakan perasaannya atau cintanya kepada perempuan. Laki-laki lebih berani (terbuka) mengungkapkan perasaannya pada perempuan. Perempuan lebih pemalu dan takut dalam mengungkapkan perasaannya.
Dalam percintaan memang terjadi perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan. Peneliti melihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hubungan sehingga meskipun perempuan mempunyai perasaan terhadap laki-laki namun perempuan tidak berani mengungkapkan.
Menurut Joseph De Vito dalam bukunya Interpersonal Communication, perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam percintaan sangat besar. Perempuan dan laki-laki digambarkan bertindak sangat berbeda ketika bertemu, jatuh cinta, dan mengakhiri cinta. Perempuan digambarkan sebagai seorang yang sensitif dan emosional, sedangkan laki-laki adalah logis. Perempuan dan laki-laki tampaknya mengalami kasih ke tingkat yang sama. Dalam persahabatan perempuan menunjukkan kasih yang lebih besar kepada teman-temannya dari pada laki-laki. Hal ini mungkin mencerminkan perbedaan yang nyata antara jenis kelamin (De Vito,2000:98).

b) Laki-laki Lebih Romantis Dalam Percintaan
Devito, (1989:53) menjelaskan bahwa pandangan laki-laki lebih romantis di bandingkan perempuan. Misalnya, laki-laki lebih mungkin dibandingkan perempuan untuk percaya pada cinta pada pandangan pertama. Perberdaan ini tampaknya meningkat karena hubungan  romantis mengembangkan, laki-laki menjadi lebih romantis dan wanita kurang romantis
Maksudnya adalah laki-laki dalam hubungan percintaanya lebih romantis ketimbang perempuan. Karena seorang perempuan yang selalu di gambarkan sebagai sosok yang halus dan lemah lembut. Seperti apa yang di sampaikan oleh Nurfadilah dalam bukunya, biasanya perempuan disebut dengan panggilan yang halus dan tidak formal misalnya dipanggil gadisku, manis, kasih, dan lain-lainnya (Tubbs,2001 dalam Nurfadilah,2010:28).

c) Laki-laki Mempunyai Inisiatif Lebih Dulu Dalam Mengungkapkan Perasaan
Salah satu perbedaan gender yang terjadi pada laki-laki dan perempuan, dapat perbedaan yang sangat segnifikan adalah laki-laki mempunyai inisiatif lebih dulu dalam mengungkapkan perasaan.
Sedangkan dangan laki-laki yang tidak mempunyai inisiatif dari sepuluh pasangan hanyalah satu pasangan, sesuai dengan hasil penelitian semua pasangan yang di teliti dalam menyatakan perasaannya atau cintanya kebanyakan dari pihak laki-laki, dalam mengungkapkan perasaan laki-laki lebih berani dalam mengungkapkan perasaannya pada perempuan daripada perempuan yang lebih pemalu dan takut dalam mengungkapkan perasaannya.

Berdasarkan investigasi tentang keinginan untuk di sentuh dan keinginan untuk menyentuh, para periset (Hollender & Mercer, 1976) menemukan bahwa kaum wanita melaporkan keinginan besar untuk disentuh daripada untuk menyentuh. Pria juga melaporkan keinginan untuk di sentuh, tetapi tidak sekuat keinginan kaum wanita. Hal ini karena konstruksi gender menemukan bahwa. Pria adalah pelindung (dan karenanya menunjukkan kecenderungan untuk menyentuh, atau membelai) dan wanita merupakan makhluk yang perlu dilindungi (dan karenya menujukkan kecenderungan untuk di sentuh atau dibelai) (De Vito,1989:228).
Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa laki-laki lebihsuka menyentuh dibandingkan perempuan. Bentuk sentuhan yang dilakukan anatara lain berciuman, mencubit pipi, memegang tangan, dan membelai rambut.
Dari 10 pasangan disimpulkan bahwa semua pasangan sudah pernah melakukan ciuman. Berdasarkan observasi juga terbukti bahwa pihak laki-laki sering memulai menyentuh daripada perempuan. Temuan ini mendukung studi sebelumnya yang menemukan perbedaan antara perilaku sentuhan laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak melakukan sentuhan daripada perempuan. Sebagai contoh riset terbaru oleh Stanly jones (1986) memperlihatkan bahwa laki-laki lebih sering memulai sentuhan daripada perempuan (Devito,1989:229).

Setiap hubungan antara manusia selalu terdapat konflik didalamnya, hingga akhirnya konflik itu bisa terselesaikan. Begitu juga dalam setiap hubungan pacaran terdapat konflik. Dalam penelitian ini masing-masing pasangan sudah pernah mengalami konflik. Mereka memiliki cara sendiri untuk menyelesaikan konflik. Ada yang minta ma’af dan ada yang memilih diam.
Solusi konflik yang terjadi dilakukan oleh pihak perempuan dengan terlebih dahulu meminta ma’af kepada pihak laki-laki. Ada 3 pasangan yang lebih objektif dalam menyelesaikan konflik. Mereka beranggapan bahwa yang meminta ma’af tidak harus perempuan, tapi dilihat siapa yang bersalah.
Penyelesaian konflik dari setiap pasangan berbeda, namun laki-laki sering tidak sadar akan kesalahannya terhadap permpuan. Dari semua pasangan tersebut yang paling sering minta ma’af duluan adalah perempuan saat terjadi konflik dalam hubungan mereka.
Padahal esensi yang sebenarnya seorang perempuan “mencintai” dalam suatu hubungan adalah mencari sebuah kebahagian diri sendiri bukan sekedar membahagiakan orang yang dicintai, perempuan kerap terlalu banyak berkorban demi cinta.
Terlihat dari sepuluh pasangan di atas bahwasanya seorang perempuan selalu mempunyai sifat mema’afkan, seakan-akan perempuan selalu digambarkan bersedia menjadi pihak yang berinisiatif membicarakan dan menyelesaikan masalah, selalu ditampilkan bagaimana seorang perempuan itu cenderung membina hubungannya menjadi lebih awat. Padahal esensi yang sebenarnya seorang perempuan “mencintai” dalam suatu hubungan adalah mencari sebuah kebahagian diri sendiri bukan sekedar membahagiakan orang yang dicintai, perempuan kerap terlalu banyak berkorban demi cinta.
Inisiatif perempuan dalam mengajak pasangannya membicarakan dan menyelesaikan sebuah masalah harus dibarengi dengan kesediaan perempuan untuk mengikuti gaya berbicara laki-laki yang distereotipkan sebagai tidak bertele-tele dan langsung to the point. Seakan kondisi yang sudah given, bahwa perempuan yang bertanggung jawab yang selalu digambarkan mempunyai inisiatif menyelesaikan masalah dan laki-laki selalu acuh dan lari dari masalah tidak dapat di ubah (Wardhani, 2001:103).

            Peneliti menemukan bentuk-bentuk komunikasi verbal dan non verbal yang dilakukan pasangan. Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.
Komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.

Komunikasi non verbal (non verbal communication) menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya.
Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, simbol-simbol, pakaian seragam, warna dan intonasi suara.

III.    PENUTUP
            Relasi gender dalam hubungan pacaran adalah suatu perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam menjalani hubungan pacaran tersebut. Dalam penelitian ini terdapat 10 pasangan sebagai informa. Terdapat perbedaan gender dalam masing-masing hubungan tersebut. Selain perbedaan relasi gender, juga terdapat perbedaan komunikasi verbal dan non verbal. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
Pertama, laki-laki lebih terbuka (mempunyai inisiatif) dalam mengungkapkan perasaannya dibandingkan perempuan. Umumnya hubungan mereka berawal dari persahabatan kemudian berlanjut ke hubungan pacaran. Hal ini tanpak dari 10 pasangan yang di teliti, semua yang berinisiatif  adalah laki-laki di bandingkan perempuan.
Kedua, laki-laki lebih romantis di bandingkan perempuan. Dari 10 pasangan, 8 pasangan di temukan bahwa laki-laki lebih romantis (membelai, pelukan) kepada perempuan.
Ketiga, laki-lakilebih suka menyentuh dan perempuan lebih suka di sentuh. Dari 10 pasangan yang di teliti, semua informan laki-laki mengatakan lebih suka menyentuh. Bentuk sentuhan antara lain, pegangan tangan, berangkulan, berciuman, membelai dan cubit-cubitan. Keempat, perempuan meminta ma’af lebih dulu di bandingkan laki-laki, semua informan perempuan mengatakan kalau mereka meminta ma’af lebih dulu.
Sedangkan komunikasi verbal dalam berpacaran berupa pesan verbal yang merupakan komunikasi keseharian. Komunikasi verbal berupa kata-kata, tulisan atau panggilan sayang serta sebutan nama atau julukan dalam bentuk sms. Dalam berpacaran setiapa pasangan mempunyai panggilan sayang masing-masing. Dari sepuluh pasangan yang mempunyai komunikasi verbal seperti panggilan sayang terdapat pada pasangan pertama, pasangan kelima, pasangan keenam dan pasangan kesepuluh. Dan juga dalam komunikasi verbal terdapat julukan lewat sms, setiap pasangan perubahan panggilan dalam sms merupakan bentuk komunikasi verbal karena perubahan panggilan saat sedang bertengkar lewat sms, komunikasi verbal seperti julukan sms terdapat pada pasngan pertama.
Bentuk perubahan komunikasi dalam julukan sms juga terjadi pada pasangan keenam, kedelapan dan kesepuluh yang mengalami perubahn ketika dia memangil ketika sms antara pasangan masing-masing, yang awalnya memanggil namanya pasangan masing-masing ketika lewat sms berubah bentuk kamunikasinya dalam julukan sms. Dalam hubungan laki-laki dan permpuan juga terdapat pesan komunikasi verbal yang terdapat dalam hubungan pasangan masing-masing, terlebih jika hubngan itu adalah pacaran, semua pasangan sering menggunakan komunikasi verbal dalam julukan sms.
Komunikasi non verbal terdapat pada beberapa pasangan, pasangan yang mempunyai komunikasi non verbal terdapat pada pasangan kelima pada waktu menjawab menoleh kebelakang dengan artian pihak perempuan menerima cinta dari pihak laki-laki. Dan juga ada bentuk komunikasi non verbal pada pasangan kesembilan, pada waktu menjawab hanya menganggukan kepalanya dengan perlahan-lahan yang artinya pihak sang perempuan menerima cinta dari pasangan laki-laki.


DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Devito, Joseph A. 1989. Interpersonal Comunication.New York: Longman. Eighth Edition.
Miles, MatthewB, dkk. 2009. Analisis Data Kualitatif.J akarta: Universitas Indonesia.
Moleng, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Dedy. 1996. Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga
SKRIPSI :
Annisa Eka, Wardhani.2001.Representasi Relasi Gender dalam Majalah Perempuan Transnasional : Analisi Tekstual Terhadap Artikel-artikel, Rubric, Fiature, Majalah  Cosmopolitan  Indonesia edisi juli 2000-2001.

Nur Fadilah, Aldies,2010, “Relais Gender dalam Hubungan Pacaran”.Skripsi, Prodi Ilmu Komunikasi : FISIB.Universitas Trunojoyo Madura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts