SINGKONKEJU

Selasa, 06 Mei 2014

TRADISI PAJIRAN KANGEAN SUMENEP


TRADISI merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi di pengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan. Sedangkan menurut bahasa latin TRADITIO (diteruskan) atau kebiasaan, sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan sesuatu kelompok masyrakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generaisi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tradisi didefinisikan sebagai "adat kebiasaan turun-temurun (dari leluhur) yang masih dijalankan dalam masyarakat"; berarti sesuatu yang ditransmisikan turun temurun adalah adat kebiasaan.

Dalam definisi ini, kata tradisi bebas dari nilai; bisa bernilai positif dan bisa negatif. Definisi versi KBBI ini membuat segala sesuatu yang diwariskan turun temurun dianggap sebagai tradisi, tidak peduli apakah itu bersifat baik atau buruk.

Sedang para tradisionalis melihat tradisi tidak hanya sebatas adat kebiasaan yang diwariskan turun menurun. Namun tradisi adalah sesuatu yang berasal dari langit, ditransmisikan dari Sumber Illahi. Karena itu, tradisi memiliki cangkupan yang sangat luas. Ia tidak hanya diterapkan dalam ranah metafisika dan agama; ia juga terekspresikan dalam berbagai ramah terapan seperti seni tradisional, sains tradisional dan juga struktur sosial tradisional.

Dari definisi diatas masyarakat kangean memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat-masyarakat pada umumnya (masyarakat di luar Pulau kagean), meskipun kangean masih berada termasuk bagian dari pulau madura dan berada di wilayah Indonesia tapi karena faktor letak membuat kebudayaan-kebudayaan di Indonesia berbeda-beda, dari satu daerah ke daerah lain pasti memiliki perbedaan kebudayaan.

Untuk kebudayaan masyarakat kangean sendir berbeda dengan kebudayaan masyarakat lainnya, termasuk dengan kebudayaan Jawa Timur (Surabaya, Malang dll) meskipun kangean masih satu provinsi dengan mereka. Masyarakat kangean memiliki corak, karakter dan sifat yang berbeda dengan masyarakat madura dan Jawa. Masyarakatnya yang santun, membuat masyarakat kangean disegani, dihormati bahkan “ditakuti” oleh masyarakat yang lain.

Kebaikan yang diperoleh oleh masyarakat atau orang kangean akan dibalas dengan serupa atau lebih baik. Namun, jika dia disakiti atau diinjak harga dirinya, tidak menutp kemungkinan mereka akan membalas dengan yang lebih kejam. Banyak orang yang berpendapat bahwa masyarakatkangean itu unik, estetis dan agamis. Dapat dibuktikan dengan banyaknya masjid-masjid megah berdiri di kangean dan tidak hanya itu saja, kebanyakan masyarakat kangean termasuk penganut agama Islam yang tekun, ditambah lagi mereka juga berusaha menyisihkan uangnya untuk naik haji. Dari hal tersebut tidak salah kalau masyarakat kangean juda dikenal sebagai masyarakat santri yang sopan tutur katanya dan kepribadiannya.

Masyarakat kangean masih mempercayai dengan kekuatan magis, dengan melakukan berbagai macam ritual dan ritual tersebut memberikan peranan yang penting dalam pelaksanaan kehidupan masyarakat kangean. Salah satu bentuk kepercayaan terhadap hal yang berbau magic tersebut adalah terhadab bendah pusaka yang berupa keris atau jenis tosan aji dan ada kalanya melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).

Untuk bahasa masyarakat Kangean memiliki bahasa daerahnya sendiri yang mayoritas digunakan oleh masyarkat asli kangean dimana pun berada sesama kangeannya. Bahasa kangean hamper mirip dengan bahasa madura atau daerah lainnya di Indonesia, karena bahasa kangean banyak terpengaruh oleh bahasa madura,Jawa, Melayu, Bugis, bajo dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa madura dan Jawa sangat terasa dalam bentuk system hierarki berbahasa sebgai akibat pendudukan Kerajaan Mataram atas Pulau kangean pada masa lampau.

Untuk kesenian sendiri kangean memiliki beberapa kesenian tradisional seperti karapan sapi, topeng, Lombe, gelok 0 gelok dan lombe (lomba kerapan menggunakan kerbau. Karapan kerbau adalah perlombaan pacuan kerbauu yang sudah berlangsung sejak dulu. Karapan kerbau yang di sebut dengan PAJIRAN yaitu mengadu kerbau disawah dalam rangka mensyukuri hasil panen yang melimpah. Acara ini dilaksanakan setelah bercocok tanam dan memanen padi biasanya alat tradisi yang di gunakan adalah gendeng dumik, dan juga dapat menaikkan setatus sosial pemilik kerbau bila kerbau miliknya bisa juara dalam lomba tersebut. Karapan kerbau didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Kangean yang dinamakan saronen. Para pemusik seronen ini bertugas sebagai alat penyemangat anggota kontingen bersrta kerbau – kerbaunya sebelum karapan dimulai.

Sumber Artikel:
Definisi Dan Pengertian Tradisi | IXE-11™ http://ixe-11.blogspot.com/2012/07/definisi-dan-pengertian-tradisi.html#ixzz30vwmRrBp 
http://mulfiblog.wordpress.com/2009/10/20/pengertian-tradisi/ 
 Djojoprajitno Sahwanoedin 2005. Kangean dari zaman wilwatikta sampai Republik Indonisia (1350 – 1950 ). Buletin Kangean Nyiur Melambai (KNM). Pamekasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts