SINGKONKEJU

Selasa, 19 Maret 2013

SENI dan TEORI MEMIMPIN


Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan "Kepemimpinan", jadi harus ada pemimpin demi sukses dan efisiensi kerja. Untuk itu bermacam-macam usaha dan kegiatan manusia yang berjuata banyaknya ini memerlukan upaya yang terencana dan sistematis untuk memilih dan menyiapkan seseorang yamg bisa memimpin.

Oleh karena itu banyak studi dan penelitian yang dilakukan orang mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan dan para sarjana telah memberikan berbagai definisi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan menonjolkan satu atau beberapa aspek tertentu sesuai dengan ide pencetus definisi tersebut, beserta interpretasinya.

Dalam perkembangannya, Studi tentang kepemimpinan berkembang sejalan dengan kemajuan zaman yang dikategorikan Yukl (2005:12), menjadi lima pendekatan yaitu : (1) pendekatan ciri, (2) pendekatan perilaku, (3)pendekatan kekuatan-pengaruh, (4) pendekatan situasional, dan (5) pendekatan integrative.

Teori Genetik (Genetic Theory).

Penjelasan kepemimpinan yang paling lama adalah teori kepemimpinan “genetic” dengan ungkapan yang sangat populer waktu itu yakni “a leader is born, not made”. Seorang dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat-sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya.

Teori Sifat (Trait Theory).
Sesuai dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. “Trait” atau sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social.

Teori Perilaku (The Behavioral Theory).
Mengacu pada keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui teori “trait”, para peneliti pada era Perang Dunia ke II sampai era di awal tahun 1950-an mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti “behavior” atau perilaku seorang pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan.

Situasional Leadership.
Pemikiran terakhir mengenai kepemimpinan yang efektif disampaikan oleh sekelompok ahli yang mencoba “menghidupkan” kembali teori “trait” atau sifat-sifat utama yang dimiliki seseorang agar dia bisa menjadi pemimpin.

Menurut pencetus teori ini, pemimpin “transformational” adalah sangat efektif karena memadukan dua teori yakni teori “behavioral” dan “situational” dengan kelebihan masing-masing. Atau, memadukan pola perilaku yang berorientasi pada manusia atau pada produksi (employee or production-oriented) dengan penelaahan situasi ditambah dengan kekuatan kharismatik yang dimilikinya. Tipe pemimpin transformational ini sesuai untuk organisasi yang dinamis, yang mementingkan perubahan dan inovasi serta bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan lain dalam ruang lingkup internasional. Syarat utama keberhasilannya adalah adanya seorang pemimpin yang memiliki kharisma. (Ivancevich, 2008:214)

Dalam organisasi dibutuhkan sebuah kepemimpinan dimana untuk meraih tujuan bersama. 

SENI MEMIMPIN 
  1. Kepemimpinan sejati adalah yang suportif, bukan memaksakan.
  2. Pemimpin sejati berupaya memimpin orang lain, bukan mendorong-dorong dari belakang.
  3. Kepemimpinan berarti melibatkan orang lain.
  4. Kepemimpinan berarti mendahulukan dan mengutamakan visi, bukan aksi.
  5. Kepemimpinan berarti pemahaman bahwa orang lebih penting ketimbang benda-benda mati.
  6. Kepemimpinan adalah seni, yang mesti dipelajari dan diterapkan dengan hati-hati. Jangan disalah artikan sebagai sekedar posisi.

KEPEMIMPINAN BUKANLAH PERMAINAN EGO 
  1. Pementingan diri sendiri sebagai seorang pemimpin adalah pembunuhan terhadap diri sendiri.
  2. Semangat sebuah kelompok mencerminkan semangat kepemimpinannya.
  3. Ego bisa menjadi penghalang, bisa pula menjadi pelancar kreatifitas.Ego bisa membantu jika aliran energinya mengarah ke pekerjaan yang mesti dirampungkan, bukan mengarah ke dalam diri sendiri.
  4. Ingat, Kepemimpinan bukanlah permainan Ego!!
KEPEMIMPINAN BERARTI TANGGUNG JAWAB 
  1. Pandanglah kepemimpinan bukan sebagai keglamoran, melainkan tanggung jawab.
  2. Jangan terlampau memikirkan opini orang lain, sebagaimana memikirkan kenyataan. 
  3. Jangan terpengaruh pujian atau hujatan orang lain, tidak juga reaksi personal anda; pikirkan tindakan (aksi) Anda, bagaimana menyelesaikan sebuah pekerjaan. 
  4. Pusatkan perhatian pada ritme-ritme yang panjang dalam sebuah proyek, bukan yang naik turun secara temporer 
  5. Siaplah memikul tanggung jawab baik terhadap keberhasilan maupun kegagalan 
  6. Menerima tanggung jawab berarti mau menerima tugas mencari jawaban-jawaban kreatif kendati konvensi mengatakan sudah tak ada lagi. 
KEPEMIMPINAN BERARTI MENGESAMPINGKAN BERBAGAI KEINGINAN PRIBADI
  1. Pemimpin sejati menempatkan keinginan-keinginan pribadinya di urutan paling belakang, bukan pertama 
  2. Pemimpin sejati tak pernah sekalipun bertanya “Apa yang saya suka?” dalam setiap kesempatan, melainkan, “Apa yang saya rasa diperlukan ?” dan apa yang tepat?” 
  3. Pendekatan terbaik terhadap setiap masalah adalah, “Apa yang sepertinya bakal terjadi di sini?” Kecakapan sebagai pemimpin ditunjukkan lewat kemampuannya menyesuaikan Ketidakpersonalan (impersonally)-nya dengan rangkaian kejadian yang sedang mengalir. 
  4. Kepemimpinan membutuhkan keterbukaan terhadap perasaan orang lain dan bukan mengesampingkannya demi alasan “lebih mementingkan tugas”. Dalam cakup yang luas, kesejahteraan merekalah yang menjadi tugasnya. 
KEPEMIMPINAN BERARTI MELAYANI
  1. Pandanglah kepemimpinan sebagai sekedar pekerjaan, sebagaimana orang-orang lain. 
  2.  Kepemimpinan berarti memberikan layanan, bukan menerimanya. 
  3. Kesahajaan lebih penting buat seorang pemimpin, ketimbang medali pencapaian apapun. 
  4. Kesahajaan adalah kejujuran terhadap diri sendiri 
  5.  Jika Anda orang yang taat beragama, pandanglah Tuhan sebagai yang menentukan segalanya; Jadikan karya anda sebagai persembahan untuk-Nya. 
KEPEMIMPINAN BERARTI LOYALITAS 
  1. Bekerjasamalah dengan orang lain menurut keadaan mereka, bukan mau anda atas diri mereka.
  2. Bekerjasamalah dengan segala sesuatunya sebagaimana lazim, bukan semau-mau anda. 
  3. Bersabarlah. Pahamilah bahwa memberikan sudut pandang baru kepada orang lain itu membutuhkan waktu. 
  4. Untuk mendapatkan loyalitas anak buah, lebih dulu curahkanlah perhatian pada loyalitas Anda sendiri.
  5. Untuk memenangi cinta, berikanlah cinta, cinta anda, terlebih dulu. 
  6. Saat mengoreksi orang lain, pikirkan kesiapan dia untuk mendengarnya. 
  7. Lebih dahulu, bersikalah loyal kepada diri anda sendiri. 
KEPEMIMPINAN ADALAH INTUISI YANG DIBIMBING OLEH AKAL SEHAT 
  1. Pemimpin bijak lebih menaruh perhatian pada apa yang memang terjadi ketimbang apa yang dia inginkan. 
  2. Dia lebih mementingkan apa yang bisa memberikan hasil, bukan sekedar opini-opini, atau bahkan opininya sendiri. 
  3. Dia lebih menghargai kebenaran daripada apa yang dia pikir tepat. 
  4. Seorang pemimpin yang bijak bisa meyakinkan orang lain dengan alasan yang masuk akal, atau dengan daya tarik keyakinannya sendiri, dan tak pernah menggunakan “otoritas keluar (outward authority)” dari posisinya ataupun pengalamannya masa lalu. 
  5. Pendukung yang diskriminatif (dalam arti positif, red) perlu ditumbuhkembangkan, bukan sekedar dibuat yakin. 
  6. Waspadalah ketika mendasarkan alasan pengajuan rencana anda cuma pada pijakan intuisi. Cobalah untuk menyampaikan ide-ide anda dengan cara yang mengundang tanggapan cerdas. 
  7. Gunakan selalu akal sehat sebagai panduan. 
  8. Akal sehat adalah kemauan untuk belajar dari pengalaman. 
  9. Akal sehat dan intuisi bisa digunakan seiring dan sejalan, masing-masing saling memberikan kejernihannya. Akal sehat menelaah intuisi. Dan, intuisi mengilhami akal sehat agar selalu meraba-raba dibalik apa yang telah dikenali menuju ladang terbuka yang belum dikenali. 
PENTINGNYA KELUWESAN DALAM KEPEMIMPINAN 
  1. Terbukalah untuk mengakui kekeliruan Anda. Ingat, hanya kebenaran yang akhirnya akan menang.
  2. Biarkan ide-ide anda mengalir lancar. Camkanlah bahwa kesempurnaan bukanlah hal yang mesti diutamakan, melainkan arah. 
  3. Adaptasikan tindakan anda dengan kenyataan. 
  4. Hadapi setiap situasi yang muncul dengan cara yang segar. Pandanglah sebagaimana adanya. 
  5. Jangan terlalu banyak membikin aturan, karena aturan yang terlampau banyak justru bisa menghancurkan upaya anda. 
  6. Terbukalah terhadap sudut pandang otang lain; mungkin mereka lebih baik dari sudut pandang anda sendiri 
  7. Berusahalah untuk memusatkan pada diri anda yang lebih dalam, dan bersandarlah disitu.
PERLUNYA BERTINDAK BUKAN BICARA DALAM KEPEMIMPINAN 
  1. Kepemimpinan berarti tindakan atau aksi, bukan sekedar ide-ide bagus untuk bertindak 
  2. Jangan menghabiskan begitu banyak energi untuk membuat rencana, sehingga tak tersisa lagi untuk melaksanakan rencana itu. 
  3. Tindakan munculnya kreatifitas. 
  4. Hampir semua tindakan jauh lebih baik ketimbang diam berlama-lama, akibat tak ada keputusan yang pasti 
KEPEMIMPINAN BERATI MEMBERIKAN DUKUNGAN 
  1. Berusahalah untuk memperbesar kemampuan anak buah anda, dalam soal kreatifitas, dan juga kualitas kepemimpinan mereka. 
  2. Beri dorongan kepada mereka dalam proyek yang mereka jalankan. 
  3. Biarkan mereka belajar dari kesalahan mereka sendiri. 
  4. Terbukalah untuk kompromi. Jangan mengharap lebih dari apa yang bisa mereka berikan. Jika terpaksa, perluas cakrawala pandang mereka sedikit demi sedikit. 
  5. Ajaklah mereka untuk mendukung, bukan untuk memerintahkan. 
  6. Terima saja otoritas anda sebagaimana yang mereka berikan. 
  7. Jangan pernah melimpahkan pekerjaan yang anda sendiri tidak mau mengerjakannya.
MANFAATKAN KEKUATAN ANAK BUAH DALAM KEPEMIMPINAN 
  1. Berusahalah menambah tinggi kualitas terbaik anak buah, bukan mengeluhkesahkan kualitas terburuk mereka. Anda akan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dengan memberikan semangat kepada orang lain, ketimbang dengan mengecilkannya. 
  2. Manfaatkan berbagai kekuatan organisasi anda, bukan justru kelemahannya. Curahkan lebih banyak energi kepada orang-orang yang idenya sejalan dengan anda, ketimbang mengurusi mereka yang berkecenderungan menolak anda. 
  3. Jangan terlalu banyak menghamburkan energi untuk menghadapi berbagai situasi negatif. Kuatkan sisi positifnya, dan segala pusaran negatif pun akan pudar, atau menyingkir dengan sendirinya dari hadapan anda. 
  4. Jangan biarkan anak buah hanya melontarkan kritik negatif. Ajari mereka bahwa mereka punya hak bicara asalkan bisa memberikan solusi saat mereka menunjuk persoalan. 
  5. Berikan dorongan kepada mereka yang mau mengerjakan, bukan cuma bicara. 
  6. Jangan pernah memburu popularitas. Curahkan perhatian lebih besar pada berbagai isu, perkembangan, dan prinsip-prinsip yang dipegang. 
  7. Jangan pernah bicara suka atau tidak suka secara pribadi, melainkan senantiasa menuruti rasa keadilan, kejujuran (fairness), dan kebenaran. 
Sumber:
  • http://pmr-smabhatig.blogspot.com/2013/02/seni-memimpin.html#ixzz2NxEPisFl
  • http://teorionline.wordpress.com/tag/pemimpin-yang-efektif/
  • http://diecahyouinyogya.blog.com/2011/06/06/adi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts